Irene pov.
Hatiku hancur melihat Seokjin begitu menikmati godaan yang disuguhkan oleh para selirnya. Aku tahu aku egois, selama ini aku selalu menepis keinginanku untuk mengutarakan bahwa aku mencintainya, dan aku cemburu dengan para selirnya.
Namun ketakutanku akan Seokjin bersama wanita lain, kini semakin kuat menghantuiku. Seolah tidak cukup bahwa aku selalu memikirkan ocehan selir favorit lainnya yang berkata telah melakukan halvet dengan Seokjin di istana gubernurnya.
Malam ini aku menyaksikan sesuatu yang membuat api cemburu didalam relungku semakin besar.
Dengan kasar aku membuka pintu kamarku, pelayan setiaku bahkan hanya bisa terkaget melihatku yang sedang emosi memasuki kamar.
"Keluarlah" titahku kepada pelayanku.
Aku memegangi dadaku yang terasa sesak akibat kecemburuan ini. Tanpa terasa, pipiku sudah basah akan air mata yang terus saja keluar tanpa seizinku.
Sakit sekali rasanya sampai-sampai aku kesulitan bernafas karena tersedak air mataku yang banyak. Diriku kini hanya bersimpuh di atas lantai beralaskan karpet tebal.
Kala suara pintu kamarku dibuka dengan tergesa-gesa, aku terkesiap menoleh kearahnya. Seperti dugaanku, ternyata Seokjin lah orang yang memasuki kamarku.
Dengan rawut dingin dan tatapan yang tidak bisa diekspresikan, ia berjalan mendekat ke arahku. Aku hanya bisa tertinduk, kala tangan kekarnya menyentuh daguku untuk ditengadahkan ke arahnya. Ia menatapku dengan lekat.
"Mengapa kau menangis?"
"Apakah semua ini perlu dijelaskan kembali, Sultan?" Akupun memalingkan pandanganku dengan kasar.
Seokjin dengan tenaga yang lebih besar, kembali membuat wajahku tertengadah menatapnya.
"Kau cemburu?" Kini Seokjin melembutkan nadanya, dan menatapku dengan serius.
Tanpa terasa, air mataku semakin deras keluar. Dan secara spontan, aku dengan sesegukan menangis lebih parah. Bahkan aku terlalu malu untuk menunjukkan wajahku didepannya, sehingga aku menutupnya dengan kedua tanganku.
----
Third pov.
Seokjin yang melihat Irene menangis, ia menjadi tidak tega untuk berpura-pura dingin terlalu lama. Dirinya kini memeluk erat wanita yang sedang duduk tersimpuh di dekat kakinya. Seokjin mengelus surai dan punggung wanita itu dengan lembut, untuk menenangkannya.
"kau mencintaiku?"
Irene pun melepaskan pelukan mereka.
"Sultan bodoh! Hal seperti itu mengapa harus ditanyakan kembali. Tidakkah ini semua sudah jelas?" Irene memukul keras dada Seokjin. Yang sama sekali tidak sakit menurut laki-laki tersebut.
Seokjinpun terkekeh sendiri. Apalagi melihat hidung dan pipi Irene yang sudah memerah menghiasi kulit mulus nan putihnya. Sungguh menggemaskan.
"Nah seperti ini dong, jujur akan perasaanmu. Dari kemarin mengapa tidak jujur, huh?" Kalimat Seokjin diiringi dengan kedua tangannya yang menangkup serta mengelus lembut pipi Irene.
"Kau memiliki banyak wanita. Bahkan sudah ada lima yang halvet denganmu" Jawab Irene dengan suara lirih dan mengecil.
"Ya Tuhan.. jadi karena itu? Kau selama ini salah paham, sayang"
"Apa maksudmu?" Tanya Irene dengan tatapan menyelidik.
"Aku tidak pernah halvet dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Era [Jinrene & Bangtanvelvet] ✔️
FanficHarta. Tahta. Wanita. 3 Kata yang menggambarkan kisah Seokjin bersama ke enam pengawalnya. Selamat datang di kehidupan Dinasti Savatan, tempat dimana Sultan dan Sultana memimpin generasi ini pada masanya. Tolong jangan terbutakan oleh kilauan berlia...