Harta. Tahta. Wanita.
3 Kata yang menggambarkan kisah Seokjin bersama ke enam pengawalnya.
Selamat datang di kehidupan Dinasti Savatan, tempat dimana Sultan dan Sultana memimpin generasi ini pada masanya.
Tolong jangan terbutakan oleh kilauan berlia...
Seorang anak yang hanya mengikuti kemanapun orang tuanya pergi
Kala suatu hari, ayah dan ibuku ditugaskan untuk tinggal di Negeri Savatan ini,
Pindah dari Negeri asal kami
Dan aku dahulu tak pernah menyangka, jika di hari ini, 23 Desember 1508,
Aku telah sah menjadi seorang istri dari Sultan Dinasti Savatan
Sultan Seokjin, pria yang amat aku cintai,
yang bertemu denganku sewindu silam
Irene memandang kearah cermin, terlihat puas dengan penampilannya malam ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wanita berparas anggun itu tersenyum lembut saat mendapati Wina, Salma, Jihan, dan Yasha kini menatapnya dengan haru dan takjub.
Mereka terlihat turut bahagia, melihat Irene yang telah resmi menikah dengan kakak mereka.
Bahkan para Sultana tersebut turut mengambil andil dalam membuat Irene tampil semakin cantik pada malam ini.
Pandangan dan senyuman Irene kini beralih menatap ketiga anaknya yang tengah berada di pangkuan adik-adik Seokjin tersebut.
Dengan segera, Irene merentangkan kedua tangannya, sebagai isyarat agar anak-anaknya segera berhambur masuk kedalam dekapannya-kecuali putra bungsunya, Murat, karena ia yang masih berusia 1 tahun dan tengah tertidur pulas di pelukan Jihan.
Sobin dan Karina segera berlari kecil, untuk memeluk ibunya hangat.
Irene bahagia.
Sungguh.
Sangat bahagia.
Hari ini adalah hari paling membahagiakan yang pernah ada, untuknya.
Aku, Irene.
Kau mau mendengar kisahku?
Di usiaku yang ke 22, kedua orang tuaku harus merenggang nyawa,
dan aku melihat jasad mengenaskan mereka dengan mata kepalaku sendiri
Di usiaku ke 23, Kakak ku memutuskan untuk menjualku sebagai selir Dinasti ini
Seorang selir untuk Sultan Seyaze, ayahnya Seokjin