Pesta di ruangan mewah tersebut terhenti seketika, kala Sultan mereka beranjak dari sana. Semua terdiam, tidak ada yang berani berbicara.
Para Sultana diatas dipan hanya bisa menggeleng heran. Ya, mereka sudah sangat jelas mengetahui alasan kakak mereka berlaku seperti itu. Apalagi kalau bukan untuk mengejar selir kesayangannya, Irene.
Nilufer hanya bisa menghela nafas pasrah, bersaha menenangkan diri. Sebagai seorang Valide, ia memegang kuasa penuh akan harem ini. Bahkan dia memiliki wewenang untuk mengatur wanita yang akan keluar dan masuk kedalam kamar anaknya.
Bukan, bukan ia merasa bermasalah akan kehadiran Irene. Wanita berpendidikan dan berkelas seperti dirinya, tentu ia rasa sangat cocok untuk putranya.
Namun kejadian malam ini, membuat dirinya memiliki ketakutan tersendiri, bahwa putranya akan sangat terbutakan oleh cinta seorang wanita. Seperti ini saja contohnya, hanya karena Irene meninggalkan pesta ini, putranya, tanpa memperdulikan dirinya yang sudah menyiapkan pesta, pergi begitu saja.
Tidak. Seorang Sultan sangatlah berkuasa, sehingga tidak boleh hanya dimiliki oleh satu wanita saja. Lihatlah dirinya. Ia bahkan sudah terbiasa untuk melihat Sultan Seyaze dahulu memiliki wanita selain dirinya.
"Kau, penari yang berdiri paling depan, siapa namamu?"
Sembari duduk dengan anggun, Nilufer bertanya kepada selir penari yang dengan setia masih berdiri di tempat yang semenit lalu ia menari untuk Seokjin disana.
"Anastasia, Valide" jawab selir tersebut sembari menundukkan kepalanya.
"Pelayan, persiapkan selir itu untuk putraku. Pastikan kalian mengantarnya menuju kamar Sultan Seokjin"
Dan kini, Valide meninggalkan tempat nya, yang diikuti oleh anak-anaknya.
----
Rambut kuning keemasan itu sedang di kepang rapih oleh para pelayan. Tak lupa beberapa perhiasan menghiasi kepala serta melilit lehernya dengan anggun. Bahkan parfum dengan aroma memabukkan puntak absen dari setiap inchi kulit mulusnya.
Dengan gaun putih yang sudah didandani bak malaikat, Anastasia berjalan secara khidmat menuju kamar Seokjin. Di kanan kiri selir itu, sudah terdapat beberapa pelayan yang mengiringinya.
Namun, belum sampai di depan pintu kamar Seokjin, langkah selir tersebut terhenti oleh para penjaga kamar yang menginterupsinya.
"Apakah maksud kedatanganmu untuk bertemu Sultan?"
"Aku dikirim Valide untuk bertemu Sultan malam ini. Beri tahu kedatanganku" Kalimat Anastasia dihiasi oleh senyum mengembang dari deretan gigi rapihnya.
"Maaf nona, Sultan Seokjin sedari tadi belum memasuki kamar"
"Bagaimana bisa? Bukankah ini sudah jam malam untuk tidur?" Anastasia tak terima, ia meninggikan suaranya.
"Beraninya kamu, kecilkan nada suaramu" Pelayan disampingnya langsung menyenggolnya untuk mengigatkan.
"Maafkan aku, Sultan Seokjin memang hari ini belum kembali ke kamar"
"Ada apa ini?" Kehadiran Yohan menginterupsi pembicaraan mereka.
"Maafkan aku Yohan aga, wanita ini meminta untuk bertemu Sultan, namun memang hari ini Sultan tidak ada di kamarnya" Lapor penjaga tersebut sembari menunduk hormat.
"Kau tak dengar perkataannya nona? Sultan tidak ada disini, kembalilah ke harem" Titah Yohan dengan nada datar.
"Yohan aga, kau pengawal pribadinya, kau pasti tahu keberadaannya. Sultan tidak sedang bersama wanita ular dari Venesia itu bukan?" Tanya Anastasia dengan berani.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Era [Jinrene & Bangtanvelvet] ✔️
FanfictionHarta. Tahta. Wanita. 3 Kata yang menggambarkan kisah Seokjin bersama ke enam pengawalnya. Selamat datang di kehidupan Dinasti Savatan, tempat dimana Sultan dan Sultana memimpin generasi ini pada masanya. Tolong jangan terbutakan oleh kilauan berlia...