23

430 71 9
                                    

Sekembalinya Seokjin dan keluarganya kedalam istana, perlahan namun pasti susasan disana berangsur membaik.

Hampir semua jejak pembajakan istana malam itu telah berhasil dibersihkan.

Senja ini, Seokjin hendak memutuskan dengan resmi hukuman yang pantas didapat Rasha dan Salman, anaknya.

"Aku harap kau mempertimbangkan tentang kematian Sana, yang Mulia. Bagaimanapun ia adalah anggota dinasti, yang tewas akibat penyerangan Sultana Rasha" Kata Namu, berharap Seokjin tidak lagi melepaskan wanita itu.

Atau kesialan berikutnyalah yang akan terjadi.

"Aku perlu mempertimbangkan perasaan Wina, pasha. Bagaimanapun, Rasha adalah ibu nya. Tapi hukum tetaplah hukum.

Esok pagi aku akan mengumumkan perintah eksekusi untuk Rasha"

Ekspresi Seokjin menegas, ia meyakinkan diri bahwa keputusannya telah benar. 

"Lalu apa yang akan kau perbuat tentang sehzade Salman, Yang Mulia?"

Pertanyaan yang terucap dari diri Yohan dihadiahi tatapan tajam dari sang Sultan.

"Tentu saja sesuai rencana awalku, diasingkan tanpa kekuasaan apapun. 

Aku tidak akan membunuh saudaraku sendiri, Yohan aga"

Yohan kembali mengangguk tanda paham.

Tok tok tok

"Masuk" Seokjin bersuara dengan lantang.

Pintu dibuka perlahan, menampilkan seorang aga penjaga pintu kamar yang sepertinya ingin memberi suatu kabar.

"Yang Mulia, Sultana Irene ada di depan kamar"

Seokjin tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya. Hal itu jelas terpatri di bibirnya yang melengkungkan senyuman manis.

"Baik, rapatnya aku cukupkan. Kalian boleh keluar"

Yohan dan Namu yang bak mengerti, segera menunduk sebagai tanda hormat lalu berjalan keluar kamar.

Mereka sempat berpapasan dengan Irene yang tengah menggendong Sobin, dan juga tak lupa mereka menunduk hormat untuk Irene.

Irene bukan lagi sekedar selir harem, namun seakarang ia seorang haseki sultana.

Irene yang melihat Yohan dan namu kini tersenyum dengan penuh karisma dan juga menunduk hormat kepada mereka.

"Selamat atas kelahiran sehzade kalian, Sultana. Semoga kelak ia menjadi sehzade yang hebat seperti ayahnya" Kata Namu secara tulus, yang diaamiin kan oleh Irene.

"Selamat atas kelahiran putra kalian, Sultana"

"Terimakasih Yohan aga, Namu pasha

Kemudian Irene tak ingin berlama-lama, wanita itu segera memasuki ruangan Seokjin dnegan bersemangat.

.

.

.

Irene menunduk dan menekuk lututnya sedikit sembari menunggingkan senyum cerah, untuk menyapa pria nya.

Wanita itu terlihat sangat anggun dan menawan dengan mahkota emas putih berukuran sedang yang bertengger indah di kepalanya. Sangat serasi dengan rambut hitam bergelombang yang ia urai, dan jangan lupakan gaun tanpa lengan berwarna biru langit yang dipakainya,  tak lupa ia tutupi oleh selendang dengan warna senada, agar hanya sang Sultan yang dapat melihat.

"Sultanaku, kemarilah"

Dan ya, selendang itu sudah tidak berguna lagi saat ini. Segera Irene menyampirkannya pada meja didekat pintu.

The Golden Era [Jinrene & Bangtanvelvet] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang