12

490 72 4
                                    

Bara api menggema di tengah perkumpulan para pejabat tersebut. Api dengan cepat melahap demi memperkuat bubuk mesiu yang sedang diproses oleh ahlinya. Theo sedang mengecek ketepatan suhu perapian didepannya.

"Apakah kau yakin, hasilnya akan sesuai dengan yang kau janjikan?" Tanya Seokjin, si Sultan yang siang tadi dihadiahi berbagai janji dan kesepakatan mengenai persenjataan perang oleh Theo.

"Apakah kau yakin, hasilnya akan sesuai dengan yang kau janjikan?" Tanya Seokjin, si Sultan yang siang tadi dihadiahi berbagai janji dan kesepakatan mengenai persenjataan perang oleh Theo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku sudah mengerahkan seluruh kemampuanku, Yang mulia. Aku harap hasilnya sesuai yang kita harapkan"

"Baiklah, aku percayakan padamu. 

Aku ingin menambah beberapa uang logam dan emas kedalamnya, apakah bisa?"

"Akan lebih baik, Sultan. Bubuk mesiu ini akan lebih kuat jika ditambah hal itu"

Seokjinpun membalikkan badan dari deepan perapian, menatap para bawahannya, untuk bersiap berbicara lantang.

"Aku menghimbau kalian untuk menyumbangkan berapapun uang yang kalian bisa beri. Anggaplah ini sebagai bentuk doa kita agar bubuk mesiu ini berhasil meluluh lantakan wilayah yang akan kita tuju nantinya.

Lemparkan berapapun yang kalian mau"

Tidak perlu diperintah dua kali, Seokjin dan semua yang berada disana melemparkan genggaman uang koin miliknya sembari merapalkan doa, berharap kelak senjata ini akan berhasil sesuai harapan.

Api melambung semakin tinggi, membuat siapapun yang melihatnya takjub sekaligus merinding. Suhu disana bahkan kian meningkat.

"Kapan kau bisa mendemonstrasikan hasilnya?"

"2-3 hari lagi, Sultan. Aku akan kabari jika sudah selesai" Kata Theo sembari meyakinkan Seokjin yang tengah didampingi oleh Namu dan Yohan.

"Baiklah, aku yakin kau tidak akan mengecewakanku"

Setelah menepuk bahu Theo, Seokjin, diikuti oleh para pejabat lainnya, pergi meninggalkan hamparan tanah luas dibelakang istana tersebut.

-----

Malam semakin larut. Udara malam kian menusuki kulit. Seokjin baru saja memasuki kamar kebesarannya. Hari ini ia merasa sangat sibuk seperti telah melewati hari yang panjang.

Ia segera mendudukkan diri di kursi kerjanya. Tempat dimana ia mengurus dokumen Dinasti, hingga sebagai tempat menyalurkan hobi terpendamnya.

Membuat perhiasan dan puisi adalah bakatnya sedari kecil, yang diturunkan oleh ayahnya. Bahkan tangan beruratnya kini tengah menyentuh lembut batu safir hijau yang tergeletak begitu saja diatas mejanya.

Dulu, sebelum ia mengenal Irene, ia akan meluangkan waktu membuat perhiasan untuk ibundanya, hingga adik-adiknya. 

Namun saat ini, bagaikan budak akan cintanya, rasanya semua perhiasan dan permata yang ia lihat mengingatkannya akan wanita cantik berparas dingin kesayangannya itu.

The Golden Era [Jinrene & Bangtanvelvet] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang