28

407 63 24
                                    

Seokjin dan Irene datang membelah kerumunan untuk memastikan apa yang terjadi sebenanrnya. Pun hati mereka tidak tenang lantaran semua adiknya sedang tersiak histeris menyebut nama sang ibunda.

Deg. Jantung Seokjin rasanya berhenti berdetak kala melihat sang valide terbujur kaku didepan kakinya. Tolong katakan jika semua ini tidak nyata!

Irene yang melihatnya tak kalah terkejut. Ia sangat syok akan kejadian ini, namun rintihan suara para Sultana membuat dirinya tersadar, mereka kini sedang rapuh dan membutuhkan sandaran. Dengan segera, Irene meraih Salma, Jihan, dan Yasha untuk dipeluknya erat guna menenangkan mereka. Wina yang melihat mereka kini turut bergabung, memberikan sebuah ruang bagi adik-adiknya yang sedang diliputi rasa sedih serta kehilangan.

"V-valide.." Ucap Seokjin lirih kala ia sama sekali tidak merasakan denyut nadi dan nafas sang ibunda. 

Pria itu kini tidak dapat menahan air matanya yang keluar dengan deras. Tubuhnya gemetar. Seokjin  mengusap netranya berkali-kali akibat bulir yang tak henti-hentinya keluar. Namun yang ada justru bahunya bergetar hebat akibat menahan isakkan didalam relungnya. Apa yang terjadi? Benarkah ini semua? Apa-apaan ini? Mengapa semua terjadi tanpa peringatan ataupun pertanda lainnya?

Keenam sahabat Seokjin yang melihat Sultan mereka, dan para Sultana mereka yang sedang berkabung, hanya bisa menunduk sedih untuk turut masuk kedalam rasa duka yang menyelimuti halaman istana.

"A-apa yang terjadi? M-mengapa bisa seperti i-ini?" Tanya Yasha dengan tersedu-sedu kepada dirinya sendiri.

"Sumpah saya tidak melakukan kesalahan apapun, Sultana. Valide tiba-tiba terjatuh dan menahan rasa sakit sembari memegangi dadanya. Dan saat itu juga v-valide seperti ini"

Yasha tidak mampu lagi mendengar penjelasan sang pelayan tersebut. Tiba-tiba ia bersimpuh didekat tubuh sang ibunda, dan berulang kali memanggil namanya, menepuk pipi yang mulai berkerut itu, dan spontan menekan dada, berharap jantung valide berdetak kembali.

"Yasha, hentikan. Kau menyakiti valide" Tutur Salma kepada sang adik. Setidaknya Salma masih dapat menggunakan akal sehatnya yang tersisa, karena kini telah terpampang jelas bahwa tubuh ibunya mulai menampakkan berbagai lebam, menandakan sang valide sudah pergi meninggalkan mereka untuk selamanya.

Yasha sama sekali tidak mendengarkan penuturan sang kakak. Dengan tergesa-gesa, ia tetap menekan dada valide sampai-sampai rasanya tenaga yang ia punya akan habis.

"Yasha, hentikan!" Melihat sang adik yang bertindak diluar kendali, Seokjin menarik adik kecilnya itu kedalam dekapannya. Ya, Seokjin tengah berusaha menguatkan diri demi para adiknya itu.

Pelukan kakaknya terlalu kuat untuk bisa dilepaskan oleh seorang gadis berusia 21 tahun. Membuat Yasha berakhir dengan menangis sejadi-jadinya didalam dekapan Seokjin. Tangisannya sungguh terdengar pilu, membuat siapapun turut merasakan hati sang Sultana yang bagaikan teriris bertubi-tubi.

Awan mendung seakan turut menyiratkan kesedihan para penduduk bumi di halaman istana tersebut. Untuk beberapa masa dengan jarum menit dan detik yang terus berputar, pecahan suara tangis seakan menjadi alunan yang tak ada seorangpun berani menginterupsi.

Aku, Kim Yora. Seorang wanita asia yang kala itu, diusiaku yang menginjak 15, terpaksa dibawa pergi dari istana negeriku nan jauh disana, untuk hidup di istana antah berantah, disebuah belahan dunia bagian lain.

Namaku seketika berubah menjadi Nilufer, setelah Sultan Seyaze memutuskan untuk menikahiku, dan menjadikanku Haseki Sultananya. Nilufer dalam bahasa Turk memiliki arti teratai. Seyaze sendiri yang menamaiku, dengan dalih, wajah dan senyumku mengingatkannya akan kehindahan bunga teratai yang selalu terlihat anggun.

The Golden Era [Jinrene & Bangtanvelvet] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang