02•

12.4K 1.5K 114
                                    

"Aku selalu merasa iri dengan rambutmu, Y/n," saat Emma menyisirinya, gerigi-gerigi sisir merah muda Emma menelusuri helai hitam milik sahabatnya, "sangat halus."

"Apa yang kau bicarakan? kau memiliki rambut yang indah, Emma."

"Mungkin aku harus mengganti gaya rambutku, supaya Draken-kun memperhatikanku," ucap Emma menatap kosong ke dinding, kepala Y/n yang berada di pangkuannya mendongak, menatap Emma bingung.

"Atau.. mengganti namaku jadi Mikey." Ucap Emma sarkas.

Y/n terduduk, menghela napasnya, "Emma.. tidak ada yang perlu kau ubah. Kau sudah sempurna. Kalau Draken tidak menyadari itu, dia yang rugi." Gadis itu tersenyum lembut.

"Benarkah? tetapi aku ingin sekali Draken-kun menyukaiku, Y/n."

"Percayalah, dia menyukaimu Emma, tapi dia hanya sedikit malu." Emma tersenyum mendengarnya.

"Ngomong-ngomong, kenapa rumahmu sunyi sekali hari ini? dimana Abangmu yang bodoh itu?"

"Kenapa? kau rindu?"

"Ew."

Emma tertawa, "Tadi siang dia keluar, bilang padaku ada rapat Toman dekat gudang sekolah, seharusnya sebentar lagi kembali."

Seolah-olah ia tahu mereka sedang membicarakannya , Mikey pulang, tetapi pemuda itu tidak sendirian. Draken dan Pehyan ada bersamanya. Kedatangan mereka sangat gaduh, berteriak satu sama lain. Y/n dan Emma yang mendengarnya bergegas keluar dari kamar Emma ke depan untuk mengecek keadaan mereka.

"......kita tak bisa berdiam saja Ken-chin!" teriak Mikey, wajahnya memerah menahan amarah.

"Lalu apa yang akan kau lakukan? Ini adalah keinginan Pa, Mikey!" Draken berteriak kembali.

"Hey! Ada apa ini? Kenapa kalian bertengkar?" tanya Emma khawatir menghampiri sepasang sahabat itu. Y/n bersandar pada kusen pintu, ia tidak ingin ikut campur dengan sesuatu yang bukan masalahnya.

"Pehyan, kenapa kau menangis?" tanya Emma lagi.

Draken menjawab, rahangnya mengeras, "Pachin di tangkap polisi."

"Hah? Bagaimana bisa?"

Pehyan terisak, "Pachin men-menusuk ketua Moebius."

Dengan tatapan menantang Mikey maju menghampiri Draken yang menjulang tinggi, mencengkram kerah baju Draken, "Kita harus mengeluarkan Pa, bagaimanapun caranya."

Y/n masih setia berdiri di kejauhan, ia pun sedikit terkejut Pachin bisa melakukan hal senekat itu. Walaupun mereka tidak pernah mengobrol banyak sebelumnya, tetapi gadis itu yakin Pachin adalah orang yang baik. Tentu saja dirinya mengetahui akar masalah yang ditimbulkan oleh Moebius kepada temannya Pachin.

"Kau gila, Mikey! Terlepas Pa sahabat kita atau bukan, tapi apa yang dia sudah lakukan itu tetap salah!" bentak Draken dengan tatapan yang tak kalah seramnya.

Emma menoleh ke arah Y/n memberikan tatapan 'aku-butuh-bantuan-mu'. Gadis itu hanya bisa mengangkat bahu, ia tidak yakin apa yang Emma mau ia lakukan di situasi seperti ini.

"Kau tega sekali, Draken!" seru Pehyan, masih terisak. Emma menoleh lagi, menatap sahabatnya dengan mata berairnya. Y/n membuang napas kasar, mau tak mau ia harus maju kalau begini.

"Mikey," Y/n berjalan pelan, "Draken, tenanglah." Menatap mereka bergantian, tangannya bergerak melepaskan cengkraman Mikey pada kerah baju Draken.

"Kasian Emma ketakutan," ucap Y/n tenang, menoleh kepada Emma yang tengah menangis.

Mikey melepaskan cengkramannya, namun sorotan matanya masih tajam, begitu juga dengan Draken.

"Kalian berdua adalah pemimpin, bukan begini caranya menyelesaikan masalah." Lanjutnya.

Boy In Love | Mikey X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang