14•

7.2K 1K 141
                                    

Salju benar-benar tebal, ranting-ranting pohon membungkuk menahan beban putih itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salju benar-benar tebal, ranting-ranting pohon membungkuk menahan beban putih itu. Atap-atap rumah membeku tertutup salju, udara sangat dingin sehingga tidak ada satu pun manusia salju yang dibuat karena orang-orang lebih memilih menetap di dalam rumah.

Seperti tradisi setiap tahunnya, mereka biasanya pergi ke kuil pada malam natal untuk berdoa bersama. Namun hari ini, hanya Emma dan Y/n yang pergi kesana.

"Huh.. harusnya aku memakai mantel yang lebih tebal tadi." Gadis dengan surau hitam itu mengusap lengannya agar lebih hangat.

"Kan tadi sudah kubilang."

"Oh ya, kemana Mikey dan Draken?"

Emma mengangkat bahu, "Mereka sepertinya sedang berkeliling kota."

"Di udara seperti ini? gila sekali."

"Memang," Emma mengaitkan lengannya dengan lengan Y/n, "dingin sekali, kita harus cepat tiba di kuil, Y/n."

Kedua gadis itu mempercepat langkah mereka saat butir salju semakin merimbun. Saat mereka mendekati kuil, terlihat seorang gadis bersurau merah muda tengah berdoa di dalamnya.

"Itu Hina 'kan?"

"Sepertinya iya, Emma."

Emma dan Y/n berhenti di tangga penghubung bangunan kuil. Bertukar pandang sebelum akhirnya membuka suara, "Itu kau, Hina?"

Gadis itu berbalik, "Y/n-chan? Emma-chan? kalian datang untuk berdoa juga?"

"Iya Hina, kau sudah selesai?"

Mata tajam Y/n menangkap jejak air mata yang sudah mengering di kedua sisi wajah Hina, ia yakin Emma juga melihatnya.

"Apa kau keberatan menunggu kami, Hina? kami hanya berdoa sebentar." Y/n mengusulkan, Emma yang mengerti maksud sahabatnya ikut menyaut.

"Iya Hina, kami takkan lama."

Hina mengangguk lemah, tersenyum kecil, "Baiklah."

Setelah sepasang sahabat itu selesai berdoa, mereka bergegas menghampiri Hina yang tengah terduduk di kursi di pelataran kuil. Ia termenung dengan pandangan kosong.

Y/n dan Emma mengambil tempat menghimpit Hina di tengah mereka.

"Ada apa, Hina?" tanya Emma pelan.

"Kau bisa bercerita kepada kami." Tangan Y/n mengusap pelan bahu temannya.

Hina memasang wajah sendu, "Aku bertengkar hebat dengan Ayahku.." ia menunduk.

"Dia melarangku berpacaran dengan Takemichi-kun," lanjutnya, "karena Takemichi-kun adalah seorang berandalan."

"Maksud Ayahmu baik, Hina. Dia tak ingin kau terserat ke dalam kehidupan yang mungkin akan membahayakanmu, persis seperti Ayahku." Y/n tersenyum kosong.

Boy In Love | Mikey X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang