24•

7.3K 1K 107
                                    

Sudah 2 minggu berlalu semenjak pertengkaran Y/n dan Mikey memecah. Gadis itu menghindarinya sejak saat itu, Mikey telah mencoba banyak cara untuk meminta maaf kepadanya namun ia tetap tidak mau mengalah.

Kekanak-kanakan memang, Y/n sendiri pun mengakuinya, tetapi ia sangat kecewa karena Mikey tega bertindak sejauh itu.

Gadis itu mempunyai kebiasaan baru sekarang, semenjak ia kembali ke sekolah minggu lalu saat cederanya mulai membaik, sepulang sekolah Y/n selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi makam Emma. Ia tidak pernah melewatkan satu hari pun.

Anehnya ia masih bisa merasakan kehadiran Emma, entah itu benar atau ia sudah kehilangan akalnya. Y/n bersenandung pelan sembari menduduki pijakan kecil di depan makam Emma, seperti hari-hari lainnya. 

Pada awalnya, penjaga kuburan akan memberinya tatapan aneh karena datang kesana setiap hari dan bukan karena itu saja, Y/n bahkan berbicara dengan batu nisan itu.

Tetapi gadis itu tidak peduli, ia menceritakan semuanya pada Emma sama seperti dulu saat sahabatnya masih hidup.

Ketika ia mengetahui orang yang membunuh Emma adalah Kisaki, Y/n merasa sedikit kecewa karena pemuda brengsek itu mati tetapi tidak dengan tangannya.

Meskipun ia marah kepada Mikey sekarang, gadis itu tetap menghawatirkan kondisinya. Ia merasa tidak enak karena telah mengabaikan pemuda itu terlalu lama dan selalu saja ketika Y/n akan memaafkannya, rasa amarah yang terpendam menguak kembali.

Selalu seperti itu.

"Hai, Emma.." bisiknya, "aku kembali lagi."

"Bagaimana harimu? apakah kau sedang bermain bersama Shinichiro-kun dan Baji sekarang?"

Gadis itu mengeluarkan tawa.

"Aku merindukan kalian.." bisiknya.

Kepalanya tertunduk lemas membuat helain hitam jatuh menggantung menutupi wajahnya.

"Hariku tidak baik-baik saja, Emma.."

"Kedai es krim kesukaan kita ditutup.. kau sangat menyukai es krim itu 'kan?"

Lagi-lagi, air mata mengalir di wajahnya yang pucat, seakan tak ada habisnya.

Bagaimana caranya agar dirinya dapat berdamai dengan kematian Emma, ketika gadis pirang itu selalu datang ke mimpinya setiap malam.

Suara desakan sepatu bersinggung dengan tanah membuat gadis itu mendongak dan mendapati Draken berdiri di sampingnya, dengan sebuket bunga di tangan.

Draken meletakan bunganya di atas batu nisan Emma, kemudian merapalkan doa. Mata pemuda itu terpejam kuat, dahinya berkerut.

Ketika ia sudah selesai, Draken duduk di samping gadis itu, namun matanya masih terpaku pada batu nisan di depannya.

Keduanya terdiam dalam waktu yang lama.

"Apakah ini giliranmu mengasuhku?" ucap Y/n akhirnya.

Mikey selalu mengutus satu anggota Toman untuk mengawasi gadis itu dari jauh, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Pemuda itu berpikir kalau ia sendiri yang mengawasinya, Y/n tidak akan senang dengan kehadirannya.

Draken mengangguk, "Iya.."

Gadis itu kembali merenung, sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Aku masih memimpikannya, sampai sekarang.." Draken berkata, "aku menyesal tidak menyatakan perasaanku saat masih ada kesempatan."

Perlahan, kepala Y/n menoleh ke arah pemuda pirang itu.

"Akan kuberikan apapun yang kumiliki jika aku bisa bertemu dengan Emma lagi." Draken menoleh, menatap gadis itu balik.

Boy In Love | Mikey X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang