11•

8.2K 1.1K 57
                                    

Langit menggelap pertanda akan turunnya hujan, dedaunan kering berterbangan terbawa angin kencang hari itu. Y/n berjalan menyelusuri setapak jalan yang menuntunnya ke arah pemakaman dengan tangan yang memegang payung untuk berjaga-jaga.

"Dingin sekali hari ini."  Gumamnya sembari mengeratkan mantel maroon yang ia kenakan.

Langkahnya terus melaju mendekati area pemakaman. Tak terlihat banyak orang hari itu, mungkin juga karena hari yang sudah menjelang sore.

"Itu dia." Manik emerald Y/n menatap sendu figur seorang bocah yang tengah terduduk di depan sebuah batu nisan.

Bocah itu hanya terdiam, menatap kosong ukiran nama diatas nisan tersebut. Jejak air mata mengering terlihat di kedua sisi pipinya, rambut pirangnya terbang mengikuti alur angin yang berhembus.

Rintik hujan yang semula kecil persekian detik berubah menjadi deruan lebat, Y/n membuka payung yang di bawanya.

Perlahan, ia berjalan menghampiri bocah itu.

"Mikey.." panggilnya.

Y/n tidak yakin suaranya dapat terdengar di bawah hujan yang deras ini, ia berjalan semakin dekat.

"Mikey.." panggilnya lagi, Y/n berdiri di sampingnya, memayunginya walaupun sudah terlambat.

Namun Mikey tak bergeming, obsidiannya masih saja terpaku kepada nisan di depannya. Y/n berjongkok di sampingnya, sebagian pakaiannya terkena hujan karena besar payung yang tak cukup menampung mereka berdua, tetapi ia tidak peduli.

Ia menatap wajah Mikey sendu, "Mikey, aku kesini untuk menjemputmu," ucap Y/n pelan, "Kakekmu bilang kau sudah seharian disini. Ayo kita pulang, Mikey."

Tak ada respon. Ia bahkan tak melirik Y/n sedikit pun. Sorot matanya menempel pada nama SANO SHINICHIRO yang terukir rapi di atas batu marmer itu.

"Mikey.. aku tau hatimu hancur, tapi aku rasa Shinichiro-kun akan bersedih jika melihatmu seperti ini."

Air mata sudah memenuhi pelupuk mata Y/n, "Tolong jangan menyiksa dirimu, Mikey. Banyak yang membutuhkanmu disini, Emma, Kakekmu, Draken.."

Dan aku.. pikir Y/n.

Mikey menoleh, mata mereka bertemu.

Kosong. Hanya kekosongan yang Y/n lihat dari manik obsidiannya.

"Aku mohon, Mikey. Hatiku pun hancur, aku menyayangi Shinichiro-kun seperti keluargaku sendiri." Y/n mulai terisak.

Tangan ringkih Mikey menyentuh pelan pipinya, mengusap air matanya, "Aku benci melihatmu menangis, Y/n." Akhirnya ia membuka suara.

"Aku menangis juga karena ulahmu, Mikey! Kau hampir setiap hari kesini, membolos sekolah! Kakekmu dan Emma bilang kepadaku makanmu tak teratur, apa yang sedang kau lakukan?!" seru Y/n disela tangisnya.

Mikey cukup terkejut mendengarnya, Y/n menangis karenanya. Matanya mengerjap beberapa kali, mulutnya terbuka tapi tak ada suara yang keluar.

"Maafkan aku membuatmu khawatir, Y/n.." ucap Mikey akhirnya, tangannya bergerak mengelus nisan di depannya, "aku kesini supaya pikiranku tenang, supaya aku masih bisa merasakan keberadaan Abangku.."

Ia menggelengkan kepala, "Aku dapat memaafkan Baji, tetapi Kazutora.." ucapnya menggantung.

"Tak apa, Mikey. Aku pun marah- bukan, aku membenci Kazutora karena ini, tetapi aku yakin Shinichiro-kun takkan menyukai itu."

Boy In Love | Mikey X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang