Chapter 9 - Menyetujui ajakan Adnan

17.8K 1.2K 26
                                    


“Genta sini sayang,” ucap Bella sembari melambaikan tangan ke adik iparnya itu. Bella sengaja mendekatkan diri ke anak laki-laki berumur 6 tahun itu, Genta satu-satunya yang bisa menolongnya sewaktu-waktu.

Genta yang tadi sedang berdiri di tepi kolam renang sambil menyeruput sekotak susu melangkah mendekati Bella yang sedang duduk santai di kursi rotan ujung kolam sembari meluruskan kakinya.

“Kenapa Tante?”

Bella menahan nafasnya beberapa detik. “Ya ampun, jangan panggil tante panggil kakak.”

Gentara menggeleng.

“Kenapa?”

“Kata kakak Adnan kalau panggil harus tante,” ucap Gentara dengan raut polos.

Bella mendengus, Adnan memang paling pintar merasuki pikiran orang. “Yaudah berarti aku nikahnya sama om kamu dong,” cetusnya.

“Eh apa-apaan ini!” Adnan muncul dari arah taman dengan mata yang memicing.

“Aku nikah sama om kamu,” ucap Bella.

“Apaan sih, kamu kan istriku.”

“Tapi Gentara panggil aku tante, berarti aku nikah sama om kamu.”

Adnan menyerah, membalas perkataan Bella yang 2G itu membuatnya ingin menyebur di kolam sembari mendinginkan otaknya. Pria itu jongkok di depan Gentara, “jangan panggil tante ya sayang, panggil Kakak karena dia istrinya kakak,” ucap Adnan mencoba menjelaskan kembali ke adiknya, padahal baru beberapa menit yang lalu ia merasuki pikiran Gentara untuk memanggil Bella dengan sebutan tante.

“Oke, maaf Kakak Bella,” ucap anak kecil itu sopan, kini Gentara juga ikut bersantai di kursi sebelah Bella.

“Geseran sana,” ucap Adnan pelan sembari mendorong tubuh Bella agar bergeser sedikit.

Bella mendelik tajam, “apa sih, sempit!” Bella tetap kekeuh tidak ingin bergeser.

Tanpa disadari aksi dorong mendorong tersebut menarik perhatian Gentara yang menatap keduanya dengan raut bingung.

“Genta lihatin kita, kamu nurut aja daripada dia lapor ke mamah,” bisik Adnan menakut-nakuti Bella.

Dengan raut cemberut Bella menggeser tubuhnya, sedangkan Adnan terkekeh geli sebelum merebahkan tubuhnya di samping Bella, keduanya sempit-sempitan di kursi santai rotan tersebut.

Bella menyikut keras Adnan, “sengaja banget ya geser-geser terus,” geramnya.

Adnan terkekeh geli, “ya ampun istriku sayang tahu aja, sayang banget ya sama suaminya sampai tahu apa yang dipikirkan suaminya?”

“Iya, benci banget!”

Tawa Adnan pecah seketika membuat Gentara yang berada tidak jauh dari sana menoleh ke arah kakaknya dengan alis mengkerut. “Kenapa Kak Adnan?”

“Rahasia deh, anak kecil nggak boleh tahu.”

“Eh, cie,” pekik Ghea saat remaja perempuan itu baru saja datang dari arah dapur membawa  sepiring kue bolu.

Karena kedatangan Ghea, Bella spontan hendak beranjak tetapi Adnan menahannya. “Iya dong, pengantin baru nih,” balas Adnan.

“Disuruh mama bawain ini,” Bella meletakkan piring yang berisi bolu tadi di meja.

“Mamah dimana?”

“Bawain tante Ija bolu. Eh cil geseran dikit dong,” ucap Ghea sembari menepuk-nepuk kaki Gentara lalu mendorong anak lelaki itu sehingga membuatnya hampir jatuh.

Marriage, Not DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang