Setelah datangnya Fiola ke rumah dan bertemu dengan Bella wanita itu tak pernah datang lagi, Adnan bernafas lega setelah seminggu tak mendapati gangguan sedikitpun dari Fiola dan mulai berhenti berpikir buruk.
Nyatanya setiap sore Fiola mengunjungi restoran Adnan hingga larut malam kemudian kembali lagi keesokan harinya untuk menunggu Adnan muncul.
Adnan yang sore itu pergi restoran setelah mendapati laporan kalau Resti dan Dani sempat beradu mulut diruang istirahat. Adnan keluar dari mobilnya dengan langkah lebar seraya menggenggam tas kecil yang berisi uang dan ponselnya.
Sesampainya di ruangannya Adnan memanggil Dani dan Resti agar segera menemuinya di dalam, sesampainya dua orang tersebut dalam ruangan berubah menjadi hening tak ada yang ingin berbicara. Melihat keduanya hanya diam Adnan menghela nafas seraya menatap keduanya dengan serius.
"Gue nggak mau tahu masalah lo berdua apa dan lo mungkin juga nggak mau kasih tahu gue, tapi please lo jangan bawa masalah luar ke dalam resto, anak-anak lain juga jadi nggak enak kalau lo berdua kayak gini," ucap Adnan menasihati keduanya panjang lebar, mereka berdua hanya bisa tunduk seraya memainkan jemari masing-masing.
"Maaf Nan, lain kali gue bakalan profesional," cetus Dani.
Adnan mengangguk pelan, "gue bakalan inget itu."
"Saya juga minta maaf Pak, seharusnya masalah luar tak perlu dibawa sampai tempat kerja, saya minta maaf sekali lagi Pak," kata Resti seraya menundukkan kepalanya hingga berulang kali.
"Udah-udah. Gue mau balik dulu, Res ingat ya sehabis ini ruangannya di kunci," perintah Adnan sebelum melangkah keluar ia menepuk punggung Dani lalu mengedipkan matanya pada pria itu, Adnan sebenarnya sudah tahu permasalahan mereka berdua, menjalin hubungan secara sembunyi-bunyi memang tak semulus yang dibayangkan.
Adnan melangkah keluar restoran menuju tempat mobilnya terparkir.
"Bisa kita bicara sebentar." Adnan menghentikan pergerakannya yang hendak membuka pintu mobil, suara yang belakangan ini terus mengusiknya amat terdengar nyata hingga membuat aliran darahnya memompa kuat, kemudian Adnan menoleh pada sumber suara dengan gerakan lambat.
Adnan menahan nafas setelah mendapati Fiola berdiri di hadapannya dengan tampilan yang masih sama seperti setahun lalu, wanita itu selalu cantik dengan kulit eksotisnya dan rambut cokelat mengkilapnya, Fiola masih panas seperti dulu.
"Ha--i Fi," sapa Adnan terbata-bata.
Fiola melengkungkan senyumannya, matanya mulai berkaca-kaca kemudian menarik Adnan ke dalam dekapannya, "aku sangat merindukanmu An."
Adnan tersadar kemudian mendorong Fiola agar melepaskan dekapannya.
Fiola menaikkan alisnya sebelah seraya menatap Adnan dengan tatapan kecewa, "kamu kenapa seperti ini An? Aku rindu kamu dan kita udah lama nggak ketemu," ucapnya baku.
"Aku nggak rindu sama kamu Fi, tolong jangan seperti ini karena aku sudah nikah," ucap Adnan terus terang.
Fiola mengusap air matanya, "secepat itu kamu berpaling An? Secepat itu kamu berpaling dari aku, kita masih saling cinta saat itu An."
Adnan menghela nafas berat kemudian menoleh pada sekitarnya yang mulai ramai, Adnan menarik tangan Fiola masuk ke dalam mobilnya. Kini mereka berdua berada di dalam mobil Adnan dan tak ada yang bersuara selain tangisan Fiola yang kian memilu.
"Bisa kamu stop nangisnya?" Tanya Adnan.
Fiola menoleh dengan tatapan terluka, "stop kamu bilang An? Aku mana bisa terima semua ini dengan secepat kilat, hatiku sakit sekali rasanya saat tahu kamu telah menikah An, kenapa kamu setega itu sama aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage, Not Dating
Roman d'amour"Enggak usah basa-basi mending kita langsung cipokan aja." Berawal dari kalimat candaan dan berakhir mala petaka, Bella yang iseng mengucap kalimat haram itu harus berurusan dengan Adnan, bukan berurusan dalam artian ringan tetapi dalam artian begit...