Chapter 14 - Hampir kelepasan

16.4K 1K 27
                                    


Bertanya ke orang-orang yang dilaluinya di tepi pantai sembari menjelaskan ciri-ciri Bella, tetapi tak ada satupun yang melihatnya membuat Adnan benar-benar putus asa dibuatnya.

“Tuh anak ke mana sih, bikin panik aja!” Ujar Adnan seraya terus menghubungi nomor Bella yang tak kunjung dijawab.

Adnan menelepon Bella hingga puluhan kali, mendumel kesal sembari menyusuri tepi pantai dan menendang-nendang pasir. Bertanya-tanya di dalam hati ke mana perginya perempuan itu, Bella benar-benar menghilang sekejap mata.

Adnan mendesah frustrasi setelah mengelilingi pantai yang cukup panjang ini hingga empat kali, bertanya-tanya ke orang-orang yang tak membuahkan hasil.

“Ahk, sial,” umpatnya.

Adnan lagi-lagi mencoba menghubungi Bella, namun nomor perempuan itu sudah tidak aktif, seperti sengaja di matikan karena sebelumnya ponsel perempuan itu masih aktif.

“Terserah lah,” ucapnya seraya menaiki motornya meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan dongkol, ingin tetap disana lebih lama tetapi percuma saja jika Bella sudah tak ada disana.

Mengendarai motornya dengan kecepatan sedang sembari menebak-nebak ke mana perginya Bella membuat Adnan hampir ditabrak dari belakang, mobil yang hampir menabraknya terus membunyikan klakson, Adnan menghentikan laju motornya seraya menepi dan memegangi dadanya.

“Kalau banyak pikiran jangan naik motor!” Teriak si pengendara mobil dengan nada keras.

Adnan menundukkan kepalanya berulang kali seraya meminta maaf. Setelah pengendara mobil tersebut pergi Adnan menghela nafas berat sembari turun dari motornya, ia mendaratkan bokongnya di trotoar, menenangkan pikirannya yang tak berada di tempatnya.

“Gue hampir mati, sedangkan Bella disana mungkin lagi senang-senang,” ucapnya bermonolog, mengusap rambutnya dengan kasar lalu kembali menaiki motornya melanjutkan perjalanannya pulang.

Sesampainya di restoran Adnan langsung mencari keberadaan Vino, ingin mengembalikan kunci motor cowok itu.

“Vin,” panggil Adnan sembari memberi kode agar Vino segera menghampirinya.

“Eh lo nggak bareng Bella?” Tanya Vino.

“Memangnya Bella udah datang?”

“Iya, belum ada lima menit malahan,” jawabnya.

“Makasih ya Vin,” ucapnya sembari menyodorkan kunci motor Vino sebelum berlalu meninggalkan cowok jangkung itu.

Adnan melangkah cepat menuju dapur, sesampainya di dapur pria itu tak menghiraukan beberapa karyawan yang menyapanya di dapur, Adnan bergerak cepat menaiki anak tangga.

Merasa dipermainkan oleh Bella rasa kesalnya menyeruak di ubun-ubun, Adnan mendorong pintu kamar begitu keras hingga Bella yang baru saja selesai mandi terlonjak dan handuk yang melilit tubuhnya hampir saja jatuh.

Adnan mematung di depan pintu yang terbuka lebar begitupun dengan Bella yang juga sama mematungnya seperti Adnan, Bella memegangi kuat-kuat handuk yang pendeknya hanya beberapa senti dari pusarnya.

“AHKK, ADNAN! TUTUP!!” Pekiknya cepat hingga Adnan spontan menutup pintu tersebut dengan kasar.

Adnan bersandar di tembok samping pintu sembari mengatur pernafasannya, mendapati Bella setengah telanjang membuatnya tak bisa berkutik, Adnan menghalau pikiran kotor yang mulai merasuki pikirannya.

Pintu terdengar terbuka membuat Adnan menoleh, “kalau mau buka pintu ketuk dulu Adnan, kalau tadi aku telanjang gimana?!!”

Bella memelototi Adnan tajam, perempuan itu sudah memakai baju kaos dan celana training panjang, sedangkan rambutnya masih dililit handuk seperti tadi.

Marriage, Not DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang