Chapter 23 - Permintaan Bella

11.3K 924 18
                                    


Bella menunggu kurir mengantarkan pesanannya di dekat gerbang rumah eyang, ia tak sendirian melainkan ada Adnan yang juga sedang duduk bersandar di tembok pagar.

“Kurirnya mana sih Bel?” Tanya Adnan yang mulai bosan, sore ini Bella tiba-tiba punya ide untuk piknik jadi mereka memutuskan untuk memesan beberapa cemilan dan juga makanan cepat saji.

“Sabar dong,” balas Bella.

“Sabar mulu dari tadi,” cibir Adnan.

“Ya terus aku harus bilang apa?” tanya Bella mulai muak pada Adnan yang terus mendumel.

“Bilang apa ya? Terserah lah bilang apa yang penting jangan sabar-sabar mulu, capek nih,” kelunya.

“Bisa diem nggak?!!”

“Kamu sih nggak percaya banget, padahal kita bisa beli sendiri, aku udah nggak papa padahal, telapak tanganku udah bisa pegang setir jangankan setir pegang kamu aja udah bisa,” sahut Adnan.

Bella mendengus, “mau jari kamu patah sekalipun kamu masih bisa pegang-pegang aku!!”

Adnan terkekeh geli, “nah itu.”

Selang beberapa menit kemudian kurir yang mengantarkan pesanan Bella datang.

“Lama banget sih Mas sampainya,” celetuk Adnan.

“Tadi di swalayan ngantrinya lama Mas,” balas mas-mas kurir tersebut sopan.

“Masnya ini nggak pacaran dulu 'kan? Ah saya curiga deh kalau Masnya pacaran dulu baru kesini,” ucap Adnan sembari menunjuk kurir tersebut dengan senyum menggoda.

“Saya sudah punya istri Mas.”

Bella menyikut perut Adnan keras, ia geram melihat pria itu menggoda mas-mas kurirnya hingga masnya tertahan padahal bisa saja masnya punya barang lain untuk diantar.

“Maaf ya Mas, makasih sudah amanah,” ucap Bella mengakhiri pembicaraan mereka berdua.

Setelah mengambil semua barang yang dipesan Bella menaikkan semua barang-barangnya di keranjang sepeda listrik yang biasa dipakai untuk bolak balik ke pintu utama.

“Kamu ini jahil banget sih Mas!”

“Biar nggak tegang sayang, dia kelihatan banget takut-takut pas datang, mungkin dia pikirnya kita bakalan marah,” ungkap Adnan.

“Tapi nggak gitu juga!!”

“Kamu yang bonceng ya sayang,” ucap Adnan memanyunkan bibirnya seraya mengedipkan matanya berulang kali.

“Aku nggak tahu naik sepeda!” Jawab Bella marah.

Adnan tertawa kecil, “sumpah? Kayak bocah tahu nggak Bel padahal kan ini sepedanya bisa di gas kalau kamu malas ngayuh.”

“Mau sepedanya terbang kek apa kek, tetap aja aku nggak bisa,” balas Bella.

“Yaudah aku ajarin deh sekarang.”

“Enggak!” Tolaknya mentah-mentah.

“Seru loh naik sepeda, apalagi kalau kamu mau ambil paket nggak jalan kaki lagi,” ucap Adnan manipulatif, “ayo Bel, serius deh aku bakalan ajarin kamu,” ucapnya meyakinkan.

Bella terdiam sebentar lalu menatap sepeda listrik berwarna merah itu dengan serius, Bella tersenyum tipis yang dikatakan Adnan ada benarnya juga. “Tapi ada syaratnya,” ucapnya.

“Dih, dia yang mau diajarin dia yang sok-sokan bikin persyaratan,” balas Adnan. “Gak usah lah, gak jadi,”  Adnan hendak menaiki sepeda tersebut tetapi Bella terlebih dahulu menarik tangannya.

Marriage, Not DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang