Bella ngambek hanya karena tidak jadi keluar menikmati kota Solo malam ini, Adnan sudah membuktikan pada eyang kalau ia sudah sembuh dan baik-baik saja tetapi eyang tetap tak mengizinkannya keluar, bahkan Adnan sudah membuktikan dengan memanjat pohon mangga halaman belakang malam-malam begini tetapi eyang tetap tak mengizinkan.Adnan mengusap dadanya pelan seraya meringis pelan, kini bajunya sudah di lepasnya menyisahkan celana jeans sebatas lutut.
Karena paksaan Bella tadi ia sampai rela memanjat pohon mangga padahal Adnan sama sekali tak pintar memanjat hingga membuatnya terpelosok hingga dada, telapak tangan dan perutnya luka.
Bella yang baru saja membuka pintu langsung balik badan saat melihat Adnan tak menggunakan atasan, “Mas Anan, pakai dulu bajunya!” Teriak Bella.
“Nggak bisa Bel, tangan sama dadaku perih banget,” balas Adnan sembari meringis.
Bella mengalah, lagi pula melihat Adnan seperti itu bukan pertama kali baginya. Bella melangkah menuju ranjang meletakkan satu baskom kecil berisi air hangat dengan handuk kecil diatas nakas.
“Baring dulu biar aku obati,” pinta Bella yang langsung diturutin Adnan.
Bella berdecak setelah melihat dada, perut Adnan yang agak membiru dan kulitnya sedikit terkelupas, “kok bisa-bisanya kayak gini Mas, kan kamu pakai baju,” ucap Bella.
“Kamu nggak lihat ya tadi, bajuku langsung tersingkap ke atas jadinya gitu, ahk mana telapak tanganku dua-duanya sakit lagi,” kelu Adnan.
“Siapa suruh kamu peluk terus pohonnya sampai bawah, seharusnya pas tadi kamu rasa udah mau jatuh langsung lepas aja pegangannya,” ucap Bella sembari memeras handuk kecil tadi.
“Ya kalau bukan diri sendiri yang ngalamin pasti pintar banget bicaranya, kalau aku lepas peganganku bisa-bisa tulang ekorku patah sayang, memangnya kamu masih mau sama aku kalau aku nggak bisa jalan?”
Bella menghela nafas panjang, menyeka pelan sisa-sisa kotoran di luka Adnan dengan hati-hati, “sakit banget loh Bel, hati-hati napa!”
“Ya makanya kamu jangan menggeliat kayak orang cacingan,” balas Bella marah.
Adnan meraih tangan Bella menghentikan gerakan perempuan itu, keduanya saling beradu tatap beberapa detik sebelum Bella menarik tangannya. “Pelan-pelan ya sayang, aku nggak bohong rasanya perih banget,” pinta Adnan melembut.
Setelah membersihkan kotoran pada luka Adnan, Bella meriah tangan kanan Adnan lalu mengusapnya lembut, sepertinya telapak tangan Adnan yang paling parah karena mengeluarkan darah dan kulitnya paling banyak terkelupas.
“Kamu seharusnya bilang kalau nggak pintar manjat.”
“Aku nggak mungkin bilang ke kamu Bel, kamu kelihatan excited banget jadi aku berusaha semaksimal mungkin tapi ya pada dasarnya aku nggak pintar manjat jadi batal deh rencana kamu. Maafin aku ya” ucap Adnan tulus, pandangannya tak lepas dari Bella.
“Kamu bilang apa sih, kalau aku tahu kamu nggak bisa manjat mending aku nggak usah sok-sokan mau keluar nikmatin kota Solo malam ini,” ucap Bella menyesali perbuatannya yang menyelakakan suaminya sendiri, eyang bahkan sampai marah-marah karena sifat kekanakan Bella tadi.
Adnan melemparkan senyumannya, “nggak papa kok Bel, aku beneran nggak papa.”
“Nggak papa apanya sih Mas Anan? Kamu sampai luka-luka gini.”
Karena jatuhnya Adnan dari pohon membuat makan malam di rumah ini jadi kacau, Bima yang tadi sudah siap makan langsung bergegas menuju halaman belakang setelah mendengar eyang teriak-teriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage, Not Dating
Romance"Enggak usah basa-basi mending kita langsung cipokan aja." Berawal dari kalimat candaan dan berakhir mala petaka, Bella yang iseng mengucap kalimat haram itu harus berurusan dengan Adnan, bukan berurusan dalam artian ringan tetapi dalam artian begit...