Chapter 11 - Gagal

14.7K 1.1K 19
                                    


Tempat pertama yang dikunjungi mereka berdua adalah pantai Kuta, Adnan juga sudah menyewa mobil selama satu minggu membuatnya tidak harus berpusing kepala dahulu sebelum berpergian.

"Kenapa sih diam terus?" Tanya Adnan mulai muak dengan kediaman Bella sejak semalam, tadi saat berkemas perempuan itu hanya menanyakan hal-hal penting saja seperti Adnan butuh barang apa yang perlu dibawa, hanya itu.

"Nggak papa," balasnya tanpa menoleh ke arah Adnan.

"Terserah lah!" Balas Adnan ketus, Adnan menancap gas dengan kecepatan tinggi hingga membuat Bella terkejut dan cepat-cepat mencari pegangan.

"ADNAN! KAMU MAU KITA MATI APA?!!" Bentak Bella.

Adnan memelankan laju mobilnya lalu terbahak, "ya gitu dong, nggak diem terus."

Bella mendengus kesal. Sedangkan Adnan kembali bertingkah, tangan sebelah kirinya yang ia rasa menganggur itu meraih tangan Bella, lalu digenggamnya kuat.

"Ih, lepasin," cetus Bella mencoba menarik tangannya, namun tenaganya yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Adnan membuatnya pasrah saja, bahkan kini Adnan sudah mengecupi punggung tangannya hingga berulang kali, Bella sampai merasakan basah dibagian tangannya.

"Ih, nanti bau jigong," celetuk Bella membuat Adnan tertawa geli. Bisa-bisanya Bella mengatakan mulutnya bau jigong.

"Mana ada bau jigong, sini coba aku cecap bibir kamu biar tahu rasanya kayak apa," goda Adnan.

Bella cepat-cepat menarik tangannya, menatap Adnan dengan horor lalu bergidik ngeri. "Sumpah jijik banget! Dasar om pedofil!"

Adnan lagi-lagi terbahak, "tahu dicecap tapi nggak tahu apa itu cipokan, dasar istriku sayang."

"Dasar sampah! Diem nggak? Arghhh," teriak Bella frustrasi dengan kelakuan dan mulut Adnan yang sangat singkron, tak lupa wajahnya juga singkron dengan kelakuannya.

Sepanjang perjalanan Adnan tak hentinya menggoda Bella, karena kesal lantaran terus dijahili Bella memejamkan mata mencoba untuk tidur hingga perempuan itu benar-benar terlelap.

Adnan menepikan mobilnya di salah satu tempat makan yang sekiranya cocok untuk Bella. Adnan tak langsung turun, ia melirik Bella yang tidur lelap, sangat disayangkan jika Adnan membangunkan tidur lelapnya.

Adnan tersenyum tipis, ide konyol terbesit dalam pikirannya saat ini juga, pria itu bergegas keluar dari mobil lalu melangkah masuk ke warung makan tersebut.

Warung yang terletak di pinggir jalan itu cukup ramai dikunjungi orang-orang yang juga lewat seperti Adnan.

"Pesan apa Mas?" Tanya pemilik warung begitu ramah saat Adnan berdiri di hadapan lemari kaca tempat menu disajikan.

Adnan tampak diam beberapa saat sebelum menjawab nasi jinggo.

"Berapa Mas?"

"Empat bungkus Bu."

"Oh dibungkus aja, tunggu ya Mas."

"Iya Buk."

Adnan memperhatikan ibu-ibu tersebut membungkus pesanannya dengan cekatan, sesekali ia juga menoleh ke arah mobilnya.

Marriage, Not DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang