Pagi-pagi sekali Bella bergegas mandi, kemudian setelah mandi ia menggunakan baju santai karena rencananya pagi ini perempuan itu akan pergi ke rumah orang tuanya.Bella menatap Adnan yang kini duduk di tepi ranjang dengan memakai kaos terbalik dan rambut acak-acakan.
“Sana mandi,” pinta Bella sembari meletakkan handuk di bahu Adnan.
Adnan beranjak lalu membuang muka sebelum melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
“Dih orang gila!” Ucap Bella yang masih bisa didengar oleh Adnan.
Tak butuh waktu lama Adnan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililitkan di pinggangnya, ia tak peduli jika Bella marah-marah. Adnan kesal lantaran Bella menyepelekan rasa sakit yang dirasakannya semalam, bahkan perempuan itu dengan teganya mengacuhkan dirinya.
“Adnan! Aku ‘kan udah bilang, sebelum masuk kamar mandi harus bawa baju ganti!” Tegur Bella seraya menyipitkan matanya.
“Itu katamu, bukan kataku!” Balas Adnan ketus.
“Kok kamu gitu sih? Ish!” Sebal Bella kemudian melangkahkan kakinya keluar kamar, sebelumnya ia mengepalkan tangannya ke udara sembari mengarahkan pada Adnan.
Adnan tak peduli sama sekali, begitulah yang dirasakannya semalam saat Bella dengan teganya malah meninggalkannya tidur. Meskipun perempuan itu tak bisa membantunya mengatasi rasa ngilu di bagian sensitif itu tetapi setidaknya Bella tetap terjaga, menemani Adnan yang terus meringis kesakitan.
Setelah mengenakan pakaian Adnan keluar dari kamar, menuruni anak tangga dengan cepat. Matanya bertemu dengan manik milik Bella sedang duduk di ruang tengah bersama Gentara yang sedang memakan roti, adiknya itu telah menggunakan seragam sekolahnya.
“Siapa yang antar?” Tanya Adnan seraya mendaratkan bokongnya di samping Gentara, tak menghiraukan Bella yang menatapnya kebingungan.
“Hm, kata mamah Genta ikut sama Kakak,” ucap Gentara seraya menoleh ke belakang, mencari keberadaan Aminda.
Tak sampai satu menit Aminda muncul dari dapur sembari menenteng tas dan juga kos kaki Genta.
Setelah mengantar Genta kini keduanya berada di perjalanan menuju rumah mama Belinda. Bella menoleh, menatap Adnan begitu serius, sedangkan pria itu memasang raut datarnya.
Bella bingung atas diamnya Adnan, pria itu benar-benar tak enak dipandang jikalau diam dan memasang wajah datar seperti ini.
“Mas Adnan!!” Teriak Bella sembari mendorong lengan Adnan.
Adnan menoleh dengan tatapan sengit membuat Bella langsung memperbaiki posisi duduknya dan menundukkan kepalanya. Sejujurnya Adnan merasa tak enak memperlakukan Bella seperti itu, tetapi mau bagaimana lagi ia juga kesal dengan sikap Bella kemarin malam.
Adnan menunggu satpam di rumah mama Belinda membukakan pagar, setelah pagar dibuka Adnan melesak masuk sebelumnya ia singgah dulu di depan pos satpam lalu mengucapkan terima kasih.
Keduanya turun dari mobil kemudian masuk ke dalam rumah setelah dibukakan pintu oleh mbak Mira.
“Mamah dimana Mbak?” Tanya Bella.
“Ada di dapur Non, dia udah nungguin Non Bella sama Tuan Adnan dari tadi,” jawab mbak Mira sopan.
Adnan mengangguk pelan, “makasih ya Mbak, kami berdua ke dapur dulu.”
Bella melangkah terlebih dahulu menghampiri mamanya yang duduk di meja makan, memeluknya dari belakang lalu mengecup pipinya. “Kangen banget sama Mama,” ucap Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage, Not Dating
Romance"Enggak usah basa-basi mending kita langsung cipokan aja." Berawal dari kalimat candaan dan berakhir mala petaka, Bella yang iseng mengucap kalimat haram itu harus berurusan dengan Adnan, bukan berurusan dalam artian ringan tetapi dalam artian begit...