Chapter 21 - Jamu

12.3K 946 20
                                    


Adnan membuka matanya perlahan, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Bella yang sedang memeluknya.

Adnan menyunggingkan senyum tipis lalu bergerak mengelus puncak kepala Bella lembut, bahkan ia tak segan-segan mendaratkan kecupan ringan di puncak kepala perempuan itu, aroma sampo yang sepertinya rasa strawberry itu menyeruak hingga membuat Adnan ingin berkali-kali mendaratkan kecupan di kepala perempuan itu merasakan aroma rambutnya yang memabukkan.

Merasakan pergerakan Adnan yang beberapa kali mengusik tidurnya, Bella mendongak menatap wajah Adnan dari bawah. “Kamu udah sembuh, Nan?” Tanyanya.

Adnan lagi-lagi tersenyum saat mendapatkan respon seperti itu, jika biasanya Bella memakinya jika terciduk sedang mencuri-curi kecupan pada bagian tubuhnya kali ini perempuan itu tampak lebih kalem. “Udah kok, mungkin kemarin cuman pengen dimanja aja,” jawabnya jenaka.

Bella mendesis kesal seraya melepaskan dekapannya lalu menggeser tubuhnya memberikan sedikit jarak diantara mereka, Adnan yang melihat itu kembali menarik pergelangan tangan Bella agar kembali ke posisinya semula.

“Jangan kemana-mana dulu, kita semalaman pelukan kalau kamu mau marah karena itu berarti telat banget,” ucap Adnan terkekeh geli.

“Berarti kalau dari semalam, udahan dong ya seharusnya? Apa nggak puas semalaman udah aku kelonin?”

Adnan terbahak mendengarnya, sejak kapan Bella jadi bar-bar seperti ini. “Semalam itu kurang bagi aku soalnya belum intinya,” balas Adnan ambigu.

“Otak kamu ambigu terus ya, nggak pernah berpikir lurus satu kali pun,” ucap Bella tak habis pikir.

Adnan semakin terbahak lalu membawa Bella ke dalam dekapannya, kini kakinya dilingkarkan pada kaki perempuan itu hingga Bella tak bisa bergerak. “Nan, lepasin!”

“Nggak akan sebelum kamu manggil aku pakai embel-embel Mas meskipun nggak ada eyang,” ucap Adnan semakin mempererat dekapannya.

“Nggak!” Tolak Bella kuat-kuat.

“Yakin nggak mau? Aku kecup nih ya?” Ancam Adnan yang kini telah memajukan bibirnya siap untuk menghujani Bella kecupan manjanya.

“Oke,” ucap Bella seraya mencoba melepaskan dekapan Adnan yang berakhir sia-sia. “Tolong lepasin tangan kamu Mas Anan sayang, suamiku ganteng,” ucap Bella sengaja menekankan semua kalimat tersebut.

Adnan melepaskan dekapannya lalu tertawa senang, “gitu dong, Mas Anan bakalan jadi suami yang penurut kalau kamu juga nurut, sayang,” ucapnya seraya mencubit gemas pipi Bella.

Bella bergerak cepat turun dari ranjang sebelum dekapan jilid 2 terjadi. “Kamu mandi dulu gih, aku mau bantu mbak Tun masak,” ucapnya seraya mengambil nampan yang disimpannya di nakas semalam.

Adnan tersenyum puas seraya memperhatikan punggung Bella yang telah menghilang setelah menutup kembali pintu kamar, Adnan berdiri di ranjang lalu melompat-lompat seperti anak kecil yang baru saja diberi uang banyak, “YES, YES,” ucapnya senang.

Adnan turun dari ranjang bergegas untuk mandi, tak butuh waktu lama untuk Adnan mandi. Setelah selesai berpakaian pria itu melangkahkan kakinya menuju dapur karena amat sangat yakin Bella berada disana.

Tebakannya memang tak pernah meleset, Bella sedang memotong sayuran di dapur dan perempuan itu sendirian, tak ada eyang ataupun mbak Tun disana.

Bella tersentak saat tiba-tiba tangan kekar yang sudah diduganya milik Adnan melingkar manja di perutnya, pria itu meletakkan dagunya di bahu Bella sembari tersenyum lebar.

“Masak apa sih istrinya aku?” Tanya Adnan membuat Bella bergidik geli.

“Lepasin,” pinta Bella.

Marriage, Not DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang