Human or Siren || 29

2.1K 228 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Bel pertanda istirahat telah dibunyikan sejak lima menit lalu. Siswa-siswi SMA Majapahit sudah berkumpul memenuhi kantin yang luas itu. Mereka nampak berebutan memesan makanan dan tempat duduk.

Beda halnya dengan inti Redneck beserta Calli yang biasa duduk di meja pojok. Meja khusus anggota inti Redneck.

Di meja itu sudah tertata beberapa makanan serta minuman, yang tentunya merupakan pesanan mereka. Enam remaja itu menyantap makanannya sembari bercanda tawa.

Tidak, terkecuali Calli. Sedari tadi netranya tak lepas dari seorang gadis yang tengah memaki-maki salah satu siswi berpakaian lusuh.

Tatapan mata Calli terus terarah kepada gadis itu. Merasa diperhatikan, gadis itu menoleh ke arah Calli. Tanpa sadar Calli mengukir senyum miringnya. Gadis itu nampak membeku sesaat sebelum melanjutkan kegiatannya.

Nampaknya, lima lelaki yang berada satu meja dengan Calli itu tak sadar akan apa yang baru saja terjadi. Calli bersyukur akan hal itu. Karena ketidakpekaan mereka membuat rencananya akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan.

"Calli? Kok gak dihabisin makanannya? Mau aku suapin?" tawar Raskal lembut. Ia mengelus punggung tangan kiri Calli dengan lembut, serta bibir yang terus tersenyum tanpa henti.

"Gak perlu," balas Calli seadanya. Raskal tersenyum maklum. Ia menjauhkan tangannya dari tangan Calli.

Bukan, bukan tanpa maksud Calli bersikap acuh. Hanya saja, hatinya mengatakan bahwa ia tak boleh terlena dengan perjalanan takdir di awal ini. Karena suatu saat nanti, akan tiba dimana ia akan kehilangan semua cintanya. Maka dari itu, kini Calli tengah mencoba untuk bersikap acuh agar semua orang menjauhinya, hingga saat itu tiba, Calli tak akan merasakan kesedihan.

Calli kembali melanjutkan kegiatannya tanpa peduli dengan Raskal yang terus menatapnya. Namun lagi-lagi, gangguan terus saja datang kepada gadis itu.

Loly, sang pelaku dibalik komanya Calli tempo lalu. Gadis dengan pakaiannya yang ketat sehingga mencetak lekuk tubuhnya.

"Gue kira lo udah mati, soalnya lo pergi berhari-hari tanpa ijin sih," cetusnya santai. Ia menatap remeh Calli yang masih fokus pada makanannya.

"Lo ngomong apa sih?!" kesal Fatur. Jelas saja dirinya kesal, tiap waktu Loly selalu mengganggu mereka.

"Aduh Fatur, lo sama temen-temen lo tuh cuma dimanfaatin sama dia. Biar apa? Biar dia bisa terkenal di SMA ini," tukas Loly tajam.

Alan bersedih sinis, "Keliatan banget irinya," cibir Alan menatap benci Loly.

"Gue? Iri? Ewh...gak banget gue iri sama dia. Lagipula, cantikan juga gue kemana-mana. Dia kali yang iri sama gue," balas Loly sembari memainkan rambutnya.

Human or Siren?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang