.
.
.
.
.Di dalam suatu ruangan yang tak terlalu lebar ini, dua orang perempuan saling duduk berhadapan dengan raut wajah yang begitu serius. Keduanya nampak berbicara satu sama lain dengan penuh keseriusan. Aura ketegangan antara keduanya bahkan terasa. Ruangan yang merupakan ruang VIP dari suatu cafe itu membuat keduanya merasa leluasa untuk saling melempar pendapat atau suara.
Dua orang perempuan itu adalah Calli dan Shera. Kemarin, Calli sudah sampai di perairan di Indonesia. Gadis itu langsung pergi menuju rumah Raskal. Entah kebetulan atau tidak, saat ia kesana ia tak bertemu dengan Raskal maupun Yoga, melainkan langsung bertemu dengan Shera, orang yang ia cari dan ia curigai sebagai Ratu Shea.
"Nyonya, katakan yang sejujurnya, anda pasti bukan manusia biasa. Iya kan?" desak Calli. Netranya menatap tajam Shera yang terlihat berusaha untuk mengelak.
"Jangan berbohong, nyonya Shera!" tegas Calli.
Shera meneguk ludahnya. Dalam hatinya ia tengah ketar-ketir. Apa-apaan remaja perempuan di depannya ini?
"Kamu jangan asal bicara! Mentang-mentang kamu pacarnya Raskal, kamu bisa jadi seenaknya sama saya!" ujar Shera. Wanita itu mengeraskan rahangnya saat melihat respon Calli yang nampak biasa saja.
"Bukan seenaknya. Saya hanya ingin membuktikan kebenarannya,"
Shera menghela napasnya. Ia memijit pelipisnya pusing. Sudah sekitar tiga puluh menit ia dan remaja di hadapannya itu beradu mulut. Namun, adu mulut yang sejak tadi terjadi itu tak lekas berhenti. Entah dirinya yang tak ingin jujur, atau memang gadis di depannya yang keras kepala.
"Saya harap anda jujur, nyonya! Ini menyangkut kehidupan orang lain," Calli bertutur serius.
Shera memperhatikan gadis di depannya itu dengan seksama. Wajahnya nampak tak asing bagi Shera. Wanita itu seperti mengenal garis wajah Calli.
"Ekhem, perkenalkan, saya ratu dari dua kaum yang berbeda," ujar Calli penuh teka-teki. Ia nampak menatap Shera yang tengah berpikir keras.
"Dan saya tahu nyonya, bahwa kedudukan saya tidaklah lebih tinggi dari anda," lanjut Calli. Shera semakin bingung. Ia jelas tak paham dengan maksud Calli.
"Jelaskan secara detail! Jangan setengah-setengah!" seru Shera karena merasa kesal.
Calli menganggukkan kepalanya. Ia merogoh saku celananya untuk mengambil sesuatu. Sebuah liontin. Bola mata Shera membulat melihatnya. Ia tahu liontin itu. Bahkan ia tahu asal-usul liontin yang kini berada di tangan Calli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Human or Siren?
FantasyDia berasal dari Pulau Sirenum Scopuli, Italia. Parasnya ayu bak dewi Yunani. Namun tak ada yang tau, apakah hatinya seindah wajahnya, ataukah tidak. Dia sang ratu siren dari Pulau Sirenum Scopuli. Pemilik suara merdu namun menghanyutkan bagi siapa...