Human or Siren || 38

1.5K 184 37
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Ini hari kedua dimana Lita masih menjalankan hukumannya. Gadis malang itu masih dikurung di gudang yang kotor oleh kedua orang tuanya. Lita yang tubuhnya masih lemas pun hanya bisa menangis dalam diam. Ia hanya berharap agar kedua orang tuanya segera membebaskan dirinya dari hukuman itu.

Bekas cambukan kemarin saja masih terpampang jelas di beberapa sudut kulitnya. Bercak kemerahan yang merupakan darah Lita pun masih berada di lantai dan sudah mengering.

Kemarin, orang tuanya tak memperbolehkan dirinya keluar dari gudang. Hanya salah satu maid saja yang diperbolehkan, itupun hanya memberikan jatah makan.

Suara pintu yang dibuka dari luar membuat Lita ketakutan bukan main. Ia sudah menduga bahwa itu kedua orang tuanya.

Benar saja! Wira dan Alen datang dengan wajah datarnya. Mereka seolah lupa jika Lita adalah anak kandungnya, darah dagingnya sendiri. Namun mereka begitu tega memperlakukan Lita layaknya hewan. Meski baru sehari, penderitaan yang dialami Lita sangat menyakitkan, menurut gadis itu.

"Papa...mama, maafin Lita. Lita janji gak akan ngulangi lagi," mohon gadis dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.

Wira dan Alen tak merespon apapun. Keduanya hanya menatap malas anak perempuannya yang dalam keadaan kacau.

"Mama, papa, maafin Lita,"

Lita terus memohon walaupun keduanya tak merespon. Lita tak menyerah. Ia berusaha meraih kaki kedua orang tuanya.

Namun sayangnya, hal yang tak diinginkan terjadi. Wira justru menendang Lita kala gadis itu berusaha memeluk kakinya. Pria itu nampak marah.

"Dasar anak gak tau diuntung! Sudah bagus kita mau biayain kamu sekolah, tapi kelakuan mu malah mengecewakan kami!" sentak Wira dengan jari telunjuk yang mengarah ke wajah Lita yang tengah kesakitan.

"Kamu tuh benar-benar gak punya malu! Ternyata, kelakuan kamu lebih buruk dari apa yang kita kira kemarin. Saya menyesal pernah melahirkan kamu!" tambah Alen membuat hati Lita teriris.

Lita menangis. Air matanya mengalir deras membanjiri pipi. Ia menatap tak percaya kedua orang tuanya.

"Papa, mama,"

"Jangan panggil kami seperti itu! Kami tidak sudi punya anak seperti kamu!" sela Wira.

Lita menggelengkan kepalanya ribut. Ia berusaha menyangkal kalimat Wira barusan. Ia tidak mau.

"Enggak! Lita anak papa sama mama,"

"Sudah kami bilang, jangan panggil kami dengan sebutan itu! Cewek menjijikkan!" hina Alen tanpa rasa bersalah.

Human or Siren?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang