.
.
.
.
.Semilir angin berhembus kuat menerpa kulit putih gadis itu. Ia berdiri seorang di sebuah hutan yang sangat gelap. Saking gelapnya, gadis itu tak dapat melihat sesuatu yang ada di depannya, termasuk jalan setapak yang ada di hutan itu.
Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, ia berusaha melihat dalam kegelapan yang teramat itu. Seperti di alam bawah sadar, namun ini terasa nyata. Ia merasa bahwa raga serta jiwanya benar-benar ada di tempat asing ini.
"TOLONG!" pekiknya kemudian. Namun hanya ada suara hembusan angin yang terdengar.
Tubuh gadis itu merinding. Tak pernah ia bayangkan bahwa kini ia berada di tempat yang sangat gelap, apalagi tak ada orang lain bersamanya.
"TOLONGIN GUE!" pekiknya lagi. Kali ini lebih kuat, hingga membuat tenggorokannya terasa sedikit perih.
"Argh! Ini dimana sih?!" gerutunya cemas. Di benaknya, bayangan menyeramkan seolah melintas begitu saja. Ia bergidik ngeri dan menghentikan khayalannya.
"Hai! Takut ya?"
Suara seseorang yang tiba-tiba terdengar menggema membuat gadis itu terdiam kaku. Bulu kuduknya merinding mendengar suara halus namun menyeramkan itu.
"Kok takut sih? Padahal kan, aku belum mulai,"
Suara itu kembali terdengar. Kali ini diiringi kekehan kecil. Lagi-lagi suara itu berhasil membuat hati Lita bergetar. Ya, gadis itu ialah Lita, si perempuan dengan penuh obsesinya.
"Mau lo apa?!" sentaknya sembari mencari asal suara tersebut.
"Mau ku hanya satu, kamu mati!"
Tubuh Lita bergetar ketakutan. Tanpa sadar ia jatuh terduduk di tanah yang penuh akan dedaunan kering yang berserakan.
"Kamu tau? Aku sudah lama mengincar dirimu. Tapi kamu terlalu licik ternyata. Eits, selicik-liciknya kamu, tentunya lebih licik dan cerdik aku!"
Sebuah tawa keras menggema di hutan gelap itu. Suaranya begitu memekakkan telinga bagi Lita, meskipun tawa itu terdengar seperti alunan musik yang lembut.
"Jangan ganggu gue!" pinta Lita menyentak.
"Tapi sayangnya, kau yang menggangguku lebih dulu sayang,"
"Gue gak pernah gangguin lo!"
"Oh ya? Tapi sayangnya, aku tak peduli. Yang aku inginkan hanyalah, kau mati di tanganku, secepatnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Human or Siren?
FantasyDia berasal dari Pulau Sirenum Scopuli, Italia. Parasnya ayu bak dewi Yunani. Namun tak ada yang tau, apakah hatinya seindah wajahnya, ataukah tidak. Dia sang ratu siren dari Pulau Sirenum Scopuli. Pemilik suara merdu namun menghanyutkan bagi siapa...