.
.
.
.
.Ekornya telah berubah menjadi kaki. Sisik yang semula memenuhi tubuh bagian bawahnya itu kini telah hilang, tergantikan dengan sepasang kaki berkulit putih mulus.
Setelah cukup lama ia berenang di lautan, akhirnya ia bisa sampai ke daratan. Meski memakan waktu yang begitu lama, terbukti saat ini telah menunjukkan waktu senja.
Bisa dihitung bukan, berapa lama Calli menemukan jalan pulang?
Calli mendengus sebal kala mendapati pantai tak seramai tadi pagi. Ia berjalan ke dekat patung nama Pantai Parangtritis. Selama kakinya melangkah, matanya terus bergerak liar, mencari orang yang bisa ia mintai bantuan.
Calli mendudukkan dirinya di dekat patung nama itu. Kakinya lumayan pegal sekarang. Mungkin efek karena sudah jarang berenang di lautan. Salahkan saja Raskal yang terus menahannya untuk tidak pergi ke laut.
"Awas aja kamu! Kalau aku udah sampai hotel nanti, aku tenggelemin kamu di bak kamar mandi," geram Calli meremat kedua tangannya.
"Dasar cewek aneh, nakal, genit! Ewh...jijik!" makinya.
Calli menghembuskan napas panjang. Ia menoleh ke kanan dan kiri, hanya ada beberapa pedagang serta tukang parkir, dan juga pemilik penginapan di tepi pantai. Kala matanya menjelajah area parkiran, ia tak lagi menemukan bus yang menjadi tumpangannya menuju ke mari. Itu artinya, mereka semua sudah kembali ke hotel, dan meninggalkannya.
Meninggalkannya?! Bola mata kali melotot terkejut. Ia sontak berdiri dan menggigit bibir bawahnya cemas.
"Kalo aku ditinggal sendirian disini, aku pulangnya gimana dong?" risaunya.
Bukannya bagaimana, ia sebenarnya tak takut karena ditinggal sendirian. Toh banyak angkutan umum. Tapi yang menjadi masalahnya saat ini, ia tak memegang uang sepeserpun. Mana mungkin ia bisa kembali ke Malioboro jika ia tak membawa uang sama sekali? Tak mungkin juga kan, ada orang yang dengan bersuka rela mengantarkan Calli tanpa meminta bayaran?
"Masa iya aku harus nangis biar keluar berlian atau mutiara?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Hello! Aku itu siren, bukan sepenuhnya mermaid. Gak mungkin lah, ya kali! Halu aja ih," gerutunya.
Ia mondar-mandir di tempatnya. Pengunjung pantai yang memang masih belum pulang menatap aneh Calli yang tengah mondar-mandir tak jelas.
"Apa liat-liat?!" sentak Calli tiba-tiba membuat orang itu dengan cepat melarikan diri.
"Ganggu aja! Punya mata kok jelalatan banget, kaya gak pernah liat cewek cantik aja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Human or Siren?
FantasíaDia berasal dari Pulau Sirenum Scopuli, Italia. Parasnya ayu bak dewi Yunani. Namun tak ada yang tau, apakah hatinya seindah wajahnya, ataukah tidak. Dia sang ratu siren dari Pulau Sirenum Scopuli. Pemilik suara merdu namun menghanyutkan bagi siapa...