Human or Siren || 23

2.1K 248 30
                                    

Hello!
Call me Rahma, okay?
Jangan lupa tekan tombol bintangnya ya kawan ⭐

Selamat menikmati dunia halu!

(Maaf ak publish ulang, kekny tadi ada masalah... soalnya aku cek beda sama yg di draft aku. Tolong kasih tau kalo misal ada/enggaknya penutup. Emot penutup aku pake 🦪. Jadi tolong bantuannya ya, makasih)

 Jadi tolong bantuannya ya, makasih)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Gelak tawa terdengar dari ruang rawat Paus 1. Ruangan dimana Calli berada. Setelah sadarnya Calli tadi pagi, Raskal segera menghubungi Yoga, menepis pemikiran buruk yang hinggap di benaknya karena melihat keanehan Calli tadi pagi.

Sorenya, Raskal memberi tahu keempat sahabatnya bahwa Calli sudah sadar. Selepas waktu Maghrib, keempat sahabat Raskal datang, bersamaan dengan Yoga yang ingin pulang ke rumah.

"Cal, rasanya koma kaya gimana?" pertanyaan yang dilontarkan Tirta membuat lainnya melirik sinis.

"Lo pengen ngerasain koma ya?" tebak Fatur.

Tirta tidak mengangguk, juga tidak menggeleng. Lelaki itu tampak sedang merenungi sesuatu.

"Kalo pas gue koma bisa ketemu bidadari, ya hayuk lah!" balasnya semangat.

"Jadi Cal, rasanya gimana?" lanjutnya mengulang kembali pertanyaannya.

Calli menggelengkan kepalanya, "Gak tau. Tapi saran aku sih, mending kamu coba aja. Biar tau gimana rasanya,"

Tirta mendengus, "Yeu...berarti gue harus koma gitu? Hih ogah!" balasnya bergidik.

"Ya kan cuma saran doang. Kalo gak mau ya gak papa. Padahal bisa kamu jadiin simulasi sebelum meninggal,"

Fatur dan Alan terbahak di tempatnya. Sagam dan Raskal hanya terkekeh pelan, sementara Tirta justru tengah menahan kesal.

"Ya gak gitu juga. Iya kalo masih bisa selamat nanti. Kalo koid beneran gimana?"

"Berarti rezeki kamu,"

"Kok rezeki?" tanya Fatur ikut penasaran.

"Iya lah. Rezeki karena bisa pergi dari dunia lebih cepat,"

Lagi-lagi mereka terbahak mendengar penuturan Calli yang polos itu. Sementara sang empu hanya bisa menggaruk pelipisnya bingung.

Ada yang salah dengan ucapan Calli? Sepertinya tidak.

"Oh iya. Yang bully lo siapa?" tanya Alan.

Human or Siren?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang