Calvin ; 0X1=LOVE SONG

258 17 0
                                    

Vote and comment juseyoo❤
Happy Readingg^^



⚠Disclaimer⚠
- Mengandung kata kata kasar serta hal yg tak patut dicontoh
- Sediakan tisu👍
banjir bukan salah yang nulis :D

-0-0-0-

"Al..."

Calvin Alkana menjawab dengan deheman singkat , matanya masih fokus pada kertas tugas ditangannya.

"pengen ke rooftop deh."

Akhirnya Calvin melirik sang kekasih, yang duduk di atas Kasur rumah sakit, dengan selang infus baru yang masih ada ditangannya. Gadis itu menatap Calvin dengan mata berbinar penuh harap.

"udaranya dingin, gabaik." jawab Calvin singkat.

"ihh ayoo, sekali aja yaa," tawarnya. "..mas Al, ayooo.."

"enggaa mauu,"

Kekasihnya cemberut. Tak setuju, padahal sore itu cerah-cerah saja.

Bukannya apa, tapi Calvin tak mau kondisi pacarnya memburuk lagi. Seperti kemarin-kemarin gadis itu sempat tak sadarkan diri cukup lama, membuat Calvin tak karuan tiap hari. Maka dari itu Calvin tak bisa membiarkan hal itu terjadi lagi.

Meski pada akhirnya,
Calvin Alkana luluh juga.

Ia menaiki tangga perlahan dengan menggendong sang pujaan hati dipunggungnya.

"botol infus-nya jangan rendah gitu pegangnya, nanti gak jalan." ujar Calvin.

Sang gadis mengangkat tangan kanannya yg memegang botol infuse."ishh iya, bawel."

Ada tawa kecil terdengar-senang begitu langkah Calvin sudah sampai di anak tangga teratas.

"aku berat ya?"

Calvin mulanya sudah ingin membuka pintu rooftop- tapi terhenti karna pertanyaan itu. Ia terdiam mengira-ngira seberapa berat tubuh gadis yg barusan ia gendong dipunggungnya.

"engga." Ada jeda-
"kamu ringan banget, abis ini harus makan yang banyak ya..." senyumnya.

Sebenarnya hal itu membuat Calvin khawatir- sangat khawatir, akan kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

Keduanya sampai dirooftop rumah sakit. Dimana ada taman kecil serta tempat duduk yang memang disediakan sebagai fasilitas.

Calvin mendudukkan kekasihnya dikursi, berjalan mengambil tiang infus yg disediakan disana lalu kembali untuk menggantungkan botol cairan itu, memeriksa aliran selangnya sesaat, kemudian ia duduk berjongkok- mensejajarkan diri.

Alisnya terangkat sebelah "puas?"

Gadis itu tertawa mendapati wajah kesal Calvin yang begitu menggemaskan menurutnya, setelahnya ia mengacak-acak rambut Calvin dengan manja.

Pemandangan disana cukup luas untuk bangunan yang tak terlalu tinggi. Pantas saja sang kekasih begitu ingin keluar kamar. Menikmati momen matahari terbenam dari tempat ini.

"pengen gini terus deh..."

Angin dingin berhembus pelan, Calvin tergerak melepas almameter yang sedari tadi memang ia gunakan. Kemudian memakaikannya pada Sang kekasih.

Ia duduk dikursi, membiarkan Sang pujaan hati bersandar padanya.

"jangan dong,"

"eh!? Kenapa??"

Wₑ Gₒ   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang