Another side

203 13 4
                                    

Vote and comment juseyoo❤
Happy Readingg^^

-0-0-0&

"Lo di mana?"

Seorang pemuda melangkah keluar ruangan sambil tangannya berada di samping telinganya -menerima panggilan telpon.

"Lo yang di mana gila."

"Gedung fakultas gua lah."

"SI BODOH." Maki pemuda di sebrang sana.

"Baru nelpon di marahin. Ngajak berantem? KAMU SIH."

Keheningan menyelimuti kedua pemuda itu. Hingga tak lama...

"Hehe."

Tutt.

Panggilan di matikan.

"Si an ー ASTAGA. Juna lo ngapain jongkok di sono?" Naresh melangkah mandekat ke arah Renjuna yang berjongkok dekat sebuah pohon.

"Permisi sama semut."

Naresh cengong ー lalu menggelengkan kepalanya cepat, mencoba mengembalikan kesadarannya, menarik tangan Renjuna untuk segera berdiri.

"Lo ada kelas lagi gak abis ini?"

"Saya?"

Naresh senyum lalu mengangguk. "Iya Renjuna Angkasa."

"Haha, udah gak ada. Tadi yang terakhir. Memangnya kenapa Naresh?"

"Di ajakin Xiao ke tempat biasa, mau ikut?"

Renjuna mengganguk, "Habis saya jemput Juan ya."

Gantian kali ini Naresh yang mengangguk. "Nanti ketemuan di rumah Vano apa lo langsung ke sono?"

Renjuna diam sejenak ー berfikir. "Rumah Vano aja. Saya lagi males bawa motor . . hehe."

"Yodah, luwan ya Jun, kanjeng ratu udah nelpon dari tadi." Naresh menepuk pundak Renjuna pelan, kemudian berlalu menjauh.

"Iyaaa bundd, iyaa akhir bulan Naresh nyusul, IYAA BUNDA KUU"

Renjuna terseyum memandang ke arah Naresh yang masih asik mengoceh pada telpon,

kalo Naresh ikut bunda pasti dia bakal lebih bahagia dari sekarang..

•••

"LAMA LO!"

Sambar Naresh waktu matanya menangkap sosok Gevano yang berjalan ke arahnya.

"Udah nebeng juga"

Naresh nyengir, "duduk Van, pesen minum gih,"

Gavano tak bergeming, justru dirinya memandang datar ke arah Naresh, "kopi lagi? Yang keberapa?" Ucap Gevano, tangannya tergerak merogoh kantung celananya - mengambil handphone.

"Dih, dih, rang gua baru minum kopi,"

"Alah."

"Seriusan Pan, gimana gua minum kopi rang gua -"

Pandangan Gevano kini terfokus ke arah Naresh yang terlihat gugup - buru-buru memotong omongannya sendiri.

". . Lo kenapa?"

"Pesen gih sono," Naresh mengabaikan. Memilih mengutak-atik handphone-nya, mencoba bersikap tenang.

"Di jawab."

"Apa??" Nareah masih enggan melirik.

"Elo. Kenapa."

Siaga 1

Wₑ Gₒ   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang