Siang sudah berganti malam, kini semua orang sedang berkumpul di ruang inap Ara. Sahabat, orang tua, semua berada di ruangan itu.
Mereka semua merasa terkejut dan terpukul aras apa yang terjadi pada gadis cantik itu. Bahkan tadi Lita Dina dan Amel sampai menangis tersedu sedu tak terima dengan kenyataan bahwa sahabatnya melupakan mereka. Tapi, setelah di beri pengertian oleh Dewi barulah ke dua cewek itu mulai tenang.
"Bunda."
"Hmm, gimana sayang? Kamu butuh sesuatu?" Saut Dewi menghampiri Ara.
"Ara pengen ngomong berdua sama Kak Alvin." Ucap gadis itu menatap Alvin yang hanya menunduk tanpa mengeluarkan suara sejak beberapa jam yang lalu.
Dewi mengangguk, mengajak mereka semua yang berada di ruangan itu untuk keluar.
Setelah mereka semua keluar, Ara memberanikan diri untuk membawa tangan Alvin yang sedang menggenggam tanganya ke pangkuanya.
"Kak."
Alvin mendongok, menatap Ara dengan tatapan kosong.
"Jangan kayak gini, Ara minta maaf."
"Ara mohon, jangan kayak gini. Jangan buat Ara merasa sangat bersalah sama Kakak. Ara juga gak mau ini semua terjadi, tapi...." gadis itu menunduk, tak mampu melanjutkan ucapanya.
Alvin menggeleng, menggenggam tangan Ara semakin erat.
"Kamu gak salah, aku cuma belom bisa terima semua ini. Ini terlalu sulit buat aku Ra."
"Aku cuma belum bisa terima kenyataan kalok kamu lupain aku. Dada aku sakit Ra, Ini semua menyesakkan, lo lupain semuanya. Lo lupain kenangan kita yang hampir empat tahun sejak kita ketemu." Ucap Alvin terdengar pilu.
"Maafin Ara." Lirih gadis itu mulai terisak.
"It's okey, kita mulai semuanya dari awal." Ara menangguk, menyetujui ucapan Alvin.
"Aku bakal bantu kamu buat inget semuanya. tapi tolong, kasih aku waktu buat terima semua ini."
"Makasih Kak. Ara bakal kasih waktu buat Kakak."
Alvin tersenyum, memeluk Ara dengan erat. "I love you." Bisik Alvin lembut.
"I love you too." Balas Ara ragu.
Alvin semakin mengeratkan pelukanya, rasanya ia sangat rindu pada gadis di dekapannya ini. Melihat Ara koma lalu kehilangan ingatnya membuat Alvin merutuki rencana bodohnya dulu. Alvin menyesal, sangat menyesal dengan rencana bodohnya yang berakhir seperti ini.
Kalau boleh jujur Alvin sangat sulit untuk menerima semua ini, tapi dia bisa apa? Dengan ia tak menerima kenyataan pahit ini semuanya tak akan berubah bukan? Aranya akan tetap Amesia bukan? Jadi, mau tak mau. Terima tak terima Alvin akan betusaha menerima semua ini. Walau ini akan sulit untuknya.
"Kakak hari ini ulang tahun ya?" Tanya Ara melepas pelukanya, menatap Alvin yang sudah kembali duduk di samping brankarnya.
"Iya."
"Selama ulah tahun Kak, semoga Kakak selalu bahagia. Maaf Ara gak bisa kasih apa apa." Ucap Ara tersenyum manis.
"Makasih Sayang. Aku gak perlu kado dari kamu, dengan kamu selalu ada di samping aku itu udah lebih dari cukup." Balas Alvin tersenyum manis.
"Oiya, Kakak ulang tahun yang ke berapa?"
"19 tahun." Ara mengangguk.
"Sekarang kamu istirahat ya, ini udah malem."
"Tapi Ara belum ngantuk."
"Tidur Ra, udah malem." Ujar Alvin terdengar tegas.
"Ok." Pasrah gadis itu memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boyfrend (Complete)
Teen FictionBismillah.... "aku itu pacar kamu apa bukan sih Vin?" tanya Ara. "menurut lo" jawab Alvin dingin. "sebenernya mau kamu itu apa sih Vin? kamu bersikap dingin dan gak pernah anggep aku kalok di sekolah, kenapa? kasih aku satu alasan untuk sikap kamu i...