"AYAH!!!"
"AYAH!!!"
"AYAH TOLONG SINB!!!"
"AYAH!!!"
"AYAH DI SINI BANYAK API!!!"
"AYAH!!!"
"IBU!!!"
"IBU!!!"
"IBU TOLONG SINB!!!"
Berada di antara api yang menyala, si kecil yang diperkirakan berumur 5 tahun itu tampak ketakutan. Dia seorang diri di ruangan yang sudah dipenuhi oleh api tersebut. Wajahnya sudah basah karena air mata ketakutan.
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
Brukh!
"Ayah~ Ibu~"
Si kecil terduduk dengan posisi menutupi mulut dan hidungnya. Dia terbatuk karena pasokan oksigen berkurang di sana.
"Sinb yya!!!"
"Ayah!!!"
Seorang laki-laki yang diklaim sebagai ayahnya itu datang menghampiri, dengan gerakan cepat ia mendekap si kecil, serta memasangkan kain basah ke mulut si kecil.
"Bertahanlah~"
"Ayah ada bersamamu, ya?"
"Jangan kenapa-napa, Sinb yya~"
Pria itu beranjak sambil menggendong si kecil yang kemungkinan sudah mulai tenang sejak menerima pertolongan pertama. Ia melepaskan kain basah itu, menempelkannya pada hidung serta mulut ayahnya.
"Ayah," panggilnya parau.
Menurunkan si kecil. "Pergilah."
"Tidak."
"Sinb pergi sebelum api lebih besar datang."
"Ayah harus ikut!"
Pria itu menoleh ke belakang. "Ayah akan memadamkan api. Ayah menemukan sumber api itu, Sinb."
"A-ayah, Ayah, tidak."
"Si-sinbh, Sinbh pergilah."
"Ayah ayo pergi—uhuk!"
"Hubungi pemadam kebakaran!"
Mengangguk paham atas perintahnya, ia berlari meninggalkan lokasi kebakaran demi menyelamatkan Sang ayah. Sebenarnya pria itu bisa ikut bersama si kecil, tetapi untuk beberapa perhitungan ia lebih memilih tidak pergi.
BRAKH!
Dari belakang sebuah kayu berbalut api menghantam kepala bagian belakangnya. Terlambat beberapa detik saja, Sinb bisa menjadi korban juga di sana.
"SAYANG!"
Tubuh itu tersentak hebat, ia berkeringat dingin setelah bermimpi kejadian beberapa tahun silam. Sowon memejamkan matanya, menunduk dalam karena mimpi itu lagi-lagi datang kepada dirinya.
Setelah berlama-lama diam dengan perasaan tak karuan, ia memutuskan untuk turun dari ranjang. Menghampiri cermin, mengusap keringat dingin yang bersarang di keningnya.
"Ibu~"
"Oh? Umji yya, kenapa?"
"Ibu, baik-baik saja, bukan?"
"Ya, tentu saja. Ada apa, hm?"
"Ibu tidak membuatkan sarapan pagi ini. Aku pikir Ibu kenapa-napa."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Daughter Too || Gfriend
Fanfiction[COMPLETED] "Ibu, aku tidak pernah merasa iri jika dia menjadi adikku. Tapi, bisakah Ibu melihat ke arahku? Aku juga putrimu." [06-09-21] #3 in Yerin [18-09-21] #1 in Sowon [03-11-21] #1 in Sinb [06-11-21] #3 in Sadending [31-12-21] #2 in Gfriend No...