14. I'm Your Daugther Too

830 157 16
                                    

"Aku, baik-baik saja."

Sementara dua orang di hadapannya merasa begitu terkejut mendengar kabar buruk ini, dia dengan lantang menyatakan dirinya baik-baik saja. Dia dengan senyuman paling cerahnya tersenyum meski tidak ada yang tahu seberapa dalamnya luka yang dirasakan.

"Kanker paru-paru bukan hal serius, bukan? Gejalanya sudah aku rasakan sejak aku sering batuk berdarah, terkadang muntah darah, kemudian berat badanku turun drastis. Ini tidak berbeda dengan kondisi gadis yang depresi."

Dr. Yoon menatap pasiennya yang begitu mudah menerima kenyataan. Di sampingnya Yuju pun tidak pernah menyangka kalau Sinb akan begitu lapang menerimanya. Padahal, penyakit yang ia derita bukanlah penyakit yang biasa. Banyak orang berakhir tragis karena penyakit ini.

"Karena jika aku tidak menerima penyakit inipun, aku akan berakhir di rumah sakit karena depresi. Tidak apa-apa, aku menerimanya dengan baik." Dan dengan senyuman penuh ketegaran ia menerima segala rasa sakitnya.

"Sinb yya," panggil Yuju terdengar berat.

"Bersikaplah seolah Bibi tidak mengetahui apapun, biarkan aku yang memberitahukan ini kepada Ibu."

Yuju meraih tangan Sinb, ia bisa merasakan telapak tangan keponakannya yang begitu dingin. Sorot matanya berubah menjadi sayu, karena tak percaya dengan apa yang harus ia dengar.

"Sinb," panggil Yuju dengan suara tidak stabil.

Sinb tersenyum. "Tidak apa-apa, Bibi. Mungkin inilah jalan Tuhan yang sebenarnya, sudah waktunya aku menemui lembaran terakhir dalam hidupku."

"Sinb ssi, saya akan melaksanakan tugas saya sebagai seorang dokter ahli. Saya akan berusaha membantu Anda supaya keluar dari zona ini. Jangan khawatir, saya akan memperjuangkan kesembuhan Anda."

"Ya, terima kasih atas perhatian Anda, Dokter."

"Anda bisa berobat secara rutin, bukan?"

"Itu hanya akan membuang-buang uang, saya akan sembuh dengan cara saya sendiri."

"Direk—"

"Sudah cukup, Dr. Yoon!" potong Yuju.

"Baiklah, saya minta maaf jika lancang."

"Ayo kita pulang!" ajak Yuju kepada Sinb yang masih duduk dengan begitu tegar.

"Ya, sepertinya aku butuh waktu untuk beristirahat hari ini."

Keduanya beranjak, membungkuk hormat sebelum pada akhirnya pergi meninggalkan ruangan. Yuju terus menggenggam tangan Sinb yang masih dingin sampai sekarang. Meskipun Sinb tersenyum, tetap saja hatinya tidak akan kuat.

"Bibi berjanji akan bersamaku, bukan?"

"Ya, tentu saja."

"Jangan berbicara apapun tentang ini, mari hidup seperti biasanya saja."

"Ibumu harus mengetahui tentang ini, Sinb. Dia pasti akan menerima hadirmu."

"Tidak, mungkin akan sulit baginya mempercayaiku. Entah aku yang sering berbohong kepadanya, atau dia yang tidak menaruh kepercayaan padaku."

"Sinb yya," panggil Yuju lirih.

"Tidak apa-apa, Bibi. Inikan yang aku inginkan? Lagipula jika aku tidak terkena penyakit ini, aku juga pasti akan berakhir karena depresi."

"Bagaimana aku mengatakannya, aku tidak bisa," kata Yuju menyesal.

"Oh iya, kenapa aku bisa didiagnosa depresi juga, ya? Padahal aku tidak pernah merasa sedih atau terluka."

I'm Your Daughter Too || GfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang