"Selamat pagi, Putriku."
Sinb hanya melirik, karena dr. Yoon menyatakan tidak bisa mencabut peralatan itu dari tubuh Sinb. Jika sampai peralatan itu harus dicabut, maka risikonya adalah kehilangan.
"Apa infusan itu membuatmu kenyang?"
Sinb mengerjap dua kali, menyatakan bahwa dirinya cukup sehat setelah menerima infusan. Sowon tersenyum, segera saja dirinya meraih pucuk kepala Sinb, mengusapnya dengan penuh kasih sayang.
"Ibu ada di sini, Ibu akan meliburkan diri untuk menemani dirimu."
Sinb ingin berbicara, tetapi sulit baginya untuk melakukan itu ketilka alat itu masih berada di dalam mulutnya. Sowon menggeleng, memberitahu bahwa Sinb tidak perlu berbicara terlebih dahulu.
"Apa semalam tidurmu nyenyak?"
Lagi, kedipan mata itu menjadi jawaban dari segala hal yang dipertanyakan. Air mata Sowon jatuh begitu menyadari penderitaan yang diterima oleh Sinb, tidak lama air mata dari pelupuk mata Sinb pun terjatuh. Dia ingin menjerit, tetapi tak bisa melakukannya.
Sowon menyeka air matanya dengan cepat, lalu sebelah tangan itu pum menghapus air mata yang menjejak pada wajah Sinb. Dia tersenyum, membuat mata Sinb terpejam seolah tengah membalaskan senyuman.
"Ibu membawa banyak majalah ke sini, karena Ibu pikir kau akan bosan diajak bicara nantinya," ucap Sowon. "Tapi yang pasti, Ibu tidak akan beranjak dari kamar ini."
Dan Sowon telah menjadi seorang ibu seutuhnya. Dia kini benar-benar hadir menjadi sesosok ibu yang mampu menghangatkan perasaan putrinya. Ingin sekali memeluk ibunya dan mengatakan bahwa dirinya begitu menyayangi Sang ibu. Akan tetapi, sulit baginya untuk melakukan hal itu sekarang.
Sowon mengambil ponselnya yang sejak tadi menganggur, dengan perasaan ragu dia menelepon seseorang yang mungkin akan membantu.
"Hallo."
"Ya, ada yang bisa saya bantu?"
"Dr. Yoon, bisakah kau datang ke sini? Kumohon biarkan Sinb-ku terbebas dari siksaannya."
"Tidak bisa, peralatan itu mempermudah dirinya untuk bertahan."
"Tapi aku tidak suka melihat dia tersiksa. Dia sudah cukup menderita selama ini."
"Aku tidak bisa melakukan apapun, Sowon ssi. Jangan membuat Sinb pergi begitu saja, dia memerlukan akhir yang bahagia."
Sowon menyeka air matanya yang jatuh, ia melihat ke arah Sinb yang tidak menunjukkan pergerakan sama sekali. Tubuhnya benar-benar terasa kaku.
"Sudah cukup untuk penderitaannya, aku tidak mau jika sampai dia menderita di akhir hidupnya."
Sowon mengatakan itu dengan penuh perhitungan, sebelah tangannya menyibak rambut ke belakang, kedua matanya terpejam hingga air mata jatuh begitu bebas.
"Baik jika itu keinginanmu, aku akan segera datang ke sana."
"Ya, terima kasih."
Selesai dengan panggilannya, Sowon langsung saja mendekati putrinya lagi.
"Ibu di sini, Sayang. Jika sampai kau terus sakit seperti ini, maka Ibu tidak akan bisa memaafkan diri Ibu sendiri. Jadi, bolehkan Ibu memintamu untuk pergi?"
Dan air mata luka itu jatuh begitu menyakitkan.
"Ibu bukan tidak mau mempertahankanmu, Sayang. Ibu mau, Ibu mau kau kembali bersama Ibu. Tetapi, Ibu tidak mau melihatmu terus tersiksa seperti ini."
Tentu saja keputusan Sowon telah melalui banyak sekali pemikiran. Dia yang semula begitu mengiyakan tentang peralatan itu, akhirnya menemui keputusan akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Daughter Too || Gfriend
Fanfiction[COMPLETED] "Ibu, aku tidak pernah merasa iri jika dia menjadi adikku. Tapi, bisakah Ibu melihat ke arahku? Aku juga putrimu." [06-09-21] #3 in Yerin [18-09-21] #1 in Sowon [03-11-21] #1 in Sinb [06-11-21] #3 in Sadending [31-12-21] #2 in Gfriend No...