12. I'm Your Daugther Too

844 154 15
                                    

Sowon beranjak dengan cepat ketika pintu utama terbuka, dia menatap seorang gadis yang pulang dalam keadaan lelah. Sorot matanya berubah lembut, membuat gadis di ambang pintu sana tampak terheran.

Berjalan dengan cepat untuk mencaritahu apakah keadaannya baik-baik saja. Sowon meraih wajah itu, mengusap surai milik putri sulungnya dengan begitu lembut. Sinb, dia terkejut, dia tidak tahu kenapa perubahan ini hadir begitu cepat.

"Joshua Hong, siapa?"

Dan merubah sorot mata itu menjadi tajam, Sowon menurunkan tangannya yang sejak tadi berada di surai Sinb. Sinb bisa melihat ibunya sedang menahan amarah sekarang, hal itu bisa dibuktikan melalui telapak tangannya yang mulai mengepal, serta napasnya yang terdengar berat.

"Ibu, aku hanya bertanya. Kenapa kau terlihat marah?"

PLAK!

Menamparnya begitu kasar, keheningan membuat suara terdengar nyaring. Wajah Sinb kontan berpaling setelah menerima tamparan kasar itu, Sowon mengatur napasnya yang memburu setelah telapak tangan itu berhasil memberi pelajaran.

"Berani menyebut nama itu di hadapanku, maka ... kau harus meninggalkan rumah ini."

Sowon pergi setelah memberikan peringatannya, dia membuat Sinb yang terdiam kaku di tempatnya. Padahal Sowon sudah baik-baik menyambutnya, tetapi sebuah pertanyaan mampu merusak.

Yerin keluar dari tempat persembunyiannya, dia menatap Sinb dengan penuh peringatan. Sebenarnya apa yang terjadi?

"Bibi Yerin!"

Yerin memberhentikan langkahnya, ia menoleh dengan tatapan yang semakin memperingati. Sinb berjalan cepat, menghampiri Yerin ingin menerima jawaban atas kebingungan yang ia miliki.

"Jangan pernah menyebut nama itu lagi, Sinb! Berani menyebut nama itu lagi, maka tidak ada tempat bagimu di sini!"

"Bibi Yerin!" Sinb mencekal lengan Yerin.

Yerin menghempasnya kasar, ia segera pergi meninggalkan Sinb. Ada yang tidak beres dengan Sowon dan Yerin.

"Aish, kenapa? Tidak untuk sekarang!"

Sinb memejamkan matanya sekuat tenaga, sebelah tangannya meraba-raba ingin mencari pegangan. Tubuh itu pada akhirnya terduduk, Sinb menyandarkan punggungnya pada tembok, menunduk dalam.

"Tidak, ini bukan masalah. Ini bukan apa-apa. Ini hanya karena aku lelah saja," gumam Sinb meyakinkan diri sendiri.

Sinb mencoba untuk berdiri, tetapi kepalanya terasa berat dan akhirnya dia pun menetap dalam posisi terduduk di sana. Napasnya terdengar tidak beraturan, seperti ia tak bisa mengendalikan diri sendiri.

"Hei, kenapa kau di sini?"

Eunha datang, dia begitu cemas saat melihat Sinb yang terduduk seperti menahan rasa sakitnya. Menangkup wajah itu, Eunha lantas mengusap air mata yang membasahi kedua pipi Sinb.

"Kenapa? Kau sakit, hm?"

Sinb mengangguk.

"Apanya yang sakit? Beritahu Bibi, kau tidak boleh sendirian merasakannya."

Sinb menjatuhkan tubuhnya ke depan, menaruh dagu runcingnya di bahu Eunha. Di sana air matanya tumpah. Dia masih ingat bagaimana Sowon menamparnya tanpa sebuah perasaan, kemudian memberi peringatan.

"Kenapa? Kenapa? Apa kita harus pergi ke rumah sakit?" tanya Eunha.

Sinb menggeleng.

"Hei, bicaralah. Sinb, tolong jangan diam dan membuatku ketakutan," mohon Eunha.

I'm Your Daughter Too || GfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang