"Ibu, aku lelah."
"Ibu, aku mau bertemu dengan Ayah saja."
"Ibu, aku benar-benar takut."
"Ibu, aku kesepian."
"Ibu, aku sendirian."
"Ibu, tolong lihat aku."
Sinb hanya berani mengeluh ketika Sowon sedang tidur. Tertidur di sofa, membuat Sinb yang baru pulang langsung datang mendekat. Ketika Sowon memejamkan mata dan begitu tenang, Sinb bisa meluapkan rasa sesaknya.
"Ibu, bagaimana aku melanjutkan hidupku?"
"Aku juga manusia, sabarku ada batasannya. Aku lelah, Bu ...."
Sinb menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan yang ia simpan pada tepian sofa. Dia terduduk di lantai, menjadikan tepian sofa sebagai bantalan melepas luka.
"Ibu~ kumohon jangan melukaiku begini. Aku juga punya hati~"
Dan betapa leganya Sinb yang bisa meluapkan luka itu. Dia yang sudah lama menahan, akhirnya sampai pada titik pelepasan. Tangisnya pecah, bahunya bergerak naik turun.
Di luar hujan turun, suara guntur bersahutan menambah ketakutan pada siapa pun. Belum lagi angin yang menerpa, tak akan ada satu pun orang sudi keluar dari rumah.
Sinb beranjak setelah dirasa lega, dia menyeka air matanya, Sowon masih terlelap. Bibirnya menyungging seulas senyuman miris, kemudian berdiri siap pergi.
"Ibu, selamat malam. Maaf aku tidak bisa membangunkanmu, Ibu terlihat lelah," sesal Sinb.
Sebelum pergi ke kamarnya, Sinb ke dapur terlebih dahulu untuk minum. Dia juga belum bersih-bersih, harusnya tadi langsung mandi. Tapi melihat ada kesempatan meluapkan luka, maka ia tinggalkan hal lain.
Ketika Sinb keluar dari dapur setelah minum, Sowon terbangun karena guntur. Dia juga terdengar memanggil Umji, kemudian berlari meninggalkan ruang keluarga untuk menemui si bungsu. Lagi, Sinb hanya bisa tersenyum untuk apa yang dilihatnya.
"Ibu lupa, ya? Bahwa yang takut hujan sebenarnya aku," gumam Sinb.
Enggan berlarut dan menangis, akhirnya Sinb pun memasuki kamar mandi. Jelas membersihkan diri, dia bekerja keras hari ini, melayani para pelanggan di sebuah kafe. Berterima kasih kepada Yuju, yang telah mencarikan tempat bagi Sinb mengisi waktu luangnya.
.
.
.Pagi tiba begitu cepat, hujan mereda dan hanya menyisakan udaranya yang dingin. Tentu saja orang-orang enggan keluar dari selimut, ingin menetap karena begitu nyaman.
Namun, bagi Sowon selaku ibu dari dua anak, maka ia segera saja memasak. Dia sudah sibuk di dapur, dengan beberapa bahan masakan untuk keluarga kecilnya. Pagi ini Yerin bangun agak terlambat, jadi dia harus memasak sendirian.
"Ibu."
Sowon menoleh, dia menatap Sinb dingin dan kemudian lanjut memotong bahan masakan. Sinb mendekat.
"Aku akan membantumu."
"Tidak perlu!"
"Ibu, biarkan aku belajar memasak."
"Tidak usah!"
"Baiklah, aku minta maaf karena mengganggu."
Sowon merotasikn bola matanya malas. "Sangat! Kau sangat mengganggu!"
"Ya, aku minta maaf."
Sinb berbalik siap untuk duduk saja, namun Sowon tiba-tiba berdehem.
"Bagaimana dengan olimpiade itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Daughter Too || Gfriend
Fanfiction[COMPLETED] "Ibu, aku tidak pernah merasa iri jika dia menjadi adikku. Tapi, bisakah Ibu melihat ke arahku? Aku juga putrimu." [06-09-21] #3 in Yerin [18-09-21] #1 in Sowon [03-11-21] #1 in Sinb [06-11-21] #3 in Sadending [31-12-21] #2 in Gfriend No...