MA 03

53 6 0
                                    

Rasanya tubuh remuk semua setelah menjalani aneka kegiatan di kampus. Berhubung gudang akan dipindahkan, jadi beberapa mahasiswa digilir setiap kelas untuk membantu dan itu bersifat wajib.

Namun, tatapannya masih terkunci pada ujung jari manis tangan kanannya. Dia teringat ketika kemarin pagi, pas ditugaskan membawa kotak properti yang berlebihan. Karena penglihatannya sangat terbatas, jadi waktu itu rasanya dia menyentuh sesuatu sampai membuat jantungnya berdetak kencang.

Bahkan ketika mencoba berhenti dan menengok ke belakang, ada satu wanita cantik yang mungkin saja baru melihat ke arahnya. Lalu dia membersihkan bajunya yang sedikit kotor. Tapi dia malah terfokus pada area kotor di baju wanita itu, ada pada bagian dadanya.

"Apa jangan-jangan... ah tidak mungkin. Tapi memang tadi itu terasa sangat halus dan sedikit ke... ah sudahlah." Sambil menepuk-nepuk pipinya.

Lalu melihat Chansung dan Mino saling berselisih paham ketika jam istirahat. Chansung pernah berkata kalau mereka memiliki sifat yang sama, tidak bisa diperintah dan bebas. Tapi dia sendiri tidak yakin punya sifat seberani Chansung.

Dan setelah makan siang usai sambil menonton acara gaduh di kantin, Suho pergi ke bagian informasi untuk melihat nilai semesternya. Mungkin sekarang ini dia boleh sombong karena nilainya bisa jauh lebih tinggi dari teman-teman seangkatannya. Bahkan di lembar nilai umum yang dipajang, dia juga masih memimpin di posisi pertama yang disusul Irene, kemudian V dan Ravi.

Jadi alasan Irene terkejut sebenarnya bukan hanya melihat nama Myeonjun doang, tapi karena posisinya yang biasanya berada di puncak tiba-tiba saja bergeser dengan mudahnya. Jika diingat lagi, Suho memang orang yang pintar dan tidak ada tandingannya karena dia memiliki IQ yang cukup tinggi.

Setelah kuliah berlalu, dia bisa pulang ke rumah dan mendengar pembicaraan Kai dan Chansung. Dan yang pasti, dari dulu dia hanya tahu Irene dan namanya. Tapi tidak tahu siapa dia sebenarnya dan apa pengaruh dalam hidupnya, sampai-sampai dia harus dijauhkan darinya.

"Apa Irene nuna akan syok melihat hyung yang berubah drastis seperti ini? Dari preman menjadi kutu buku?"

"Entah, hanya Irene yang bisa menjawab pertanyaanmu." Sambil menggidikkan bahunya dan sesekali melihat jam tangannya. Karena sebentar lagi dia harus menemani Irene makan malam. "Oh, iya. Tadi Irene mengajaku makan malam."

Kai terlonjak dan memastikan kalau Chansung tidak berkata sepatah kata pun jika mereka sedang berduaan. "Pastikan jangan salah bicara. Keselamatan kami ada di tanganmu, hyung."

Alis sudah naik sebelah, tanda tidak mengerti dengan maksud Kai tadi. "Bukannya yang dalam bahaya itu kau seorang?"

Dan kebetulan sekali, di saat yang sama Song Jaehon, ayah Song Jieun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan kebetulan sekali, di saat yang sama Song Jaehon, ayah Song Jieun. Mengajak makan malam Kim Jaewook yang tak lupa mengajak anaknya, Ravi. Mereka tiba 15 menit sebelum acara makan malam dimulai, rumahnya begitu besar dan tiada duanya.

Ravi yang sudah memakai pakaian serba rapi rasanya malas sekali ketika disuruh ikut acara makan malam bapak-bapak. "Rasanya aku ingin pulang saja."

"Jika kau pergi, jangan anggap rumahku adalah rumahmu."

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang