Bagian Ke-2 Meet Of Him
Bagaimana rasanya saat bertemu kembali dengan seseorang yang begitu mirip dengan orang yang pernah dikenal?
Seseorang yang pernah membuatmu merasa nyaman saat berada di dekatnya, dan pernah sekali melintas sebuah pemikiran u...
Dan saat ini juga, Irene benar-benar bertemu dengan Myeonjun, namun Myeonjun malah lewat begitu saja seperti seorang yang tidak pernah dikenalnya. "Tunggu."
Langkahnya terhenti ketika seorang wanita memintanya untuk menunggu, namun sikapnya yang tenang memang tidak mudah untuk ditebak.
"Ada apa?"
"Apa benar kau adalah Suho?"
"Apa reaksimu jika aku berkata iya... atau tidak?"
Tapi Irene masih tidak percaya pada Myeonjun, dia tahu kalau sebenarnya kalau Myeonjun tengah bercanda padanya.
"Bukannya kau Park Myeonjun?"
Suho menghela nafas, kemudian menatap langsung ke arah Irene. "Dulu, aku memang dia. tapi sekarang aku adalah Suho."
Irene kesal sambil berkacak pinggang. "Bagaimana kau bisa mengganti nama seenaknya?"
"Karena dari awal, aku memanglah Suho. Aku hanya bermain peran sebagai Myeonjun."
"Apa!!!" Sungguh Irene tidak percaya kalau sebenarnya Myeonjun adalah Suho. "Kalau kau benar Suho, pasti kau mengenalku."
Suho menyipitkan matanya dan mencoba memfokuskan matanya pada Irene. "Aku tidak mengenalmu, namun aku tahu kau adalah Irene."
"Bagaimana kau tahu aku adalah Irene?"
Tangannya menunjuk ke banner yang menampakkan Irene sebagai wajah baru di kampus. Siapa sih yang tidak mengenal Irene mulai dari dia seorang mahasiswa baru hingga dia sudah menjajal semester 5?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dan hari sudah menjelang jam 12 siang, para mahasiswa sudah keluar dari kampus untuk menuju ke tempat makan. Hari ini sepertinya Suho sudah mulai bisa akrab lagi dengan sahabatnya walau mereka masih sering menjaga jarak.
Rumah Suho berdekatan dengan rumah Chansung, bahkan melewati rumah Irene, Nayeon, Changsub, dan IU. Kali ini Chansung merasa sedikit lega walau dia masih harus menjaga jarak. Tapi dia masih tetap tidak tenang karena Irene terus mengikutinya.
Sampai mereka berlima berhenti tepat di dekat toserba yang bersebelahan dengan persimpangan jalan. Lampu masih menyala merah untuk pejalan kaki, mereka harus menunggu beberapa saat sampai akhirnya lampu berubah menjadi hijau.
Tak lama, mereka berpapasan dengan seorang kakek yang membawa gerobak rongsokannya. Perhatian Suho langsung teralihkan begitu melihat anak kecil di dalam gerobak yang dibawa kakek di sebelahnya, anak itu terlihat kelaparan sembari mengusap-usap perutnya.
"Kakek." Sapa Suho ramah pada pria tua yang memakai pakaian lusuh. "Dia cucu kakek?"
"Iya..." Sambil terbatuk-batuk.
"Apa pekerjaan kakek? Kenapa sampai harus membawa cucu kakek di gerobak?"
"Kakek hanya bekerja sebagai pengangkut barang bekas. Uang juga tidak cukup untuk seminggu. Padahal cucu kakek makannya cukup banyak."