MA 26

55 1 0
                                    

Kai dan anggotanya berhasil keluar dari kapal dan menjauh dari pelabuhan. Bahkan setelah itu terdengar ledakan yang cukup kuat dari pelabuhan yang penuh dengan anggota mafia.

Tapi, bagaimana Kai bisa keluar dari pelabuhan? Memang bukan Kai namanya kalau tidak bisa keluar dari jebakan musuh.

Mereka ternyata berhasil menipu seorang anggota mafia yang begitu polos, itulah yang membuat mereka bisa keluar dengan mudahnya. Tapi Kai tidak boleh melewatkan sesuatu yang mungkin akan membawa mereka pada kematian lagi, yaitu senjata yang dibiarkan begitu saja.

"Maafkan aku, tapi aku harus melakukan ini."

Kai memukul leher anggota mafia itu hingga tak sadarkan diri, lalu dia dan rombongan anak buahnya membawa senjata itu ke dalam tas dan menghancurkannya di sebuah pemanas besi yang ada di pelabuhan.

Kai merasa kalau misinya sudah berjalan lancar, sekarang mereka hanya perlu jalan keluar dari pelabuhan yang sudah dikepung oleh para mafia. Saat mencari jalan untuk keluar mereka melihat ada banyak anggota mafia yang ternyata bisa merakit bom. Mereka panik sendiri tapi mereka tidak boleh gegabah dan harus memanfaatkan apa yang ada.

"Bom? Apa yang mereka pikirkan?"

Kai menatap satu anggotanya dengan tatapan malas.

"Yang pasti berkaitan dengan sesuatu yang meledak."

Kai dan anak buahnya berhasil melawan semua musuhnya namun mereka terlalu lengah sampai salah seorang anggota mafia mengaktifkan bom dan mereka tidak bisa menghentikan bom yang sudah terlanjur aktif.

"Sial, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Tidak ada jalan lain. Kecuali...

"Gunakan Justu Seribu Langkah!" Teriak Kai.

Para penjaga tidak mungkin dengan mudah membiarkan Kai dan anggotanya pergi begitu saja. Tapi Kai dan temannya memang cukup hebat dalam hal bela diri tanpa senjata. Bahkan di akhir perjalanan mereka sempat melambaikan tangan pada bos mafia yang tengah bersantai dan dikawal banyak anak buahnya. Padahal lambaian tangan itu pertanda kalau mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.

Dan itu benar, semua mafia mati karena efek bom yang memiliki radiasi cukup besar. Hanya Kai dan anggotanya yang selamat, bahkan mereka menyaksikan ledakan bom itu seperti orang tanpa dosa dan rasa bersalah.

"Kita berhasil."

"Itu semua berkat kerja sama kita semua."

Dalam perjalanan pulang mereka menemukan rumah penduduk dan menyadapnya berhubung sedang kosong. Kai berusaha menghubungi Choa tapi tidak diangkat, begitu juga dengan Myungsoo dan Woohyun. Dia merasa terlah terjadi sesuatu, karena tidak ada yang menjawab teleponnya. Akhirnya orang yang bisa dihubungi hanya Kwangsoo seorang.

"Lee Kwangsoo-ssi. Aku berh... Apa?!! Tidak mungkin."

Mereka segera pergi menggunakan kendaraan yang ada. Untungnya ada sebuah mobil yang terparkir di depan rumah, Kai menggunakan bakatnya lagi untuk menyadap mobil yang akan mereka bawa. Kali ini perjalanan mereka tidaklah panjang, mereka langsung tertuju pada bar milik Namjoon.

Pikirannya mulai teralihkan ketika kembali mengingat kalau Minseok berhasil mengambil setengah dari saham perusahaannya. Akhirnya Minseok dengan terang-terangan menunjukkan sifat aslinya dan keahlian Minseok tidak bisa diremehkan.

Sementara itu Choa, Myungsoo dan Woohyun harus disekap oleh Namjoon sebelum berulah lagi. Padahal mereka hanya ingin Namjoon tidak melakukan balas dendam dan menjadi orang baik seperti Suho. Namun seperti julukannya Real Monster memang menunjukkan sifatnya yang seperti monster, begitu menyeramkan dan mematikan.

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang