MA 19

33 3 0
                                    

Brakkk!!!


Suho memukul meja guru dengan kuatnya sampai mengagetkan semua orang yang ada di ruangan, dia sudah muak dengan orang tua yang terus membela anaknya padahal mereka tidak tahu apa pun.

"Bisa kita bicarakan baik-baik? Apakah kalian tidak punya etika? Atau jangan-jangan kalian tidak pernah bersekolah sampai tidak tahu apa itu etika."

"Hei, kau jangan sok jagoan di sini."

Suho bangkit dari duduknya dan berdiri tepat di depan pria yang lebih tua darinya, tak ada rasa takut bahkan bersalah karena berani melawan orang yang lebih tua darinya. "Mencari perkara di sini?"

Aksi Suho yang berani menantang wali murid sukses mengingatkan Nayeon tentang cerita Suho-nya. Dia begitu sangar bahkan tidak bisa dibedakan mana preman mana Suho. Dan itu terjadi tepat di depan matanya sendiri.

"Apa dia... tapi tidak mungkin."

Kalian tahu sekarang mereka berpindah tempat ke mana? Yap, ke tengah lapangan. Karena sekolah sudah tidak ada muridnya, jadi mereka orang luar dengan leluasa menggunakan lapangan untuk bertengkar.

Para pria yang seusia dan mengenal siapa Suho langsung menghadang ayah mereka. Apa lagi mereka tahu kalau Suho sudah meninggal dan sekarang ini ada di hadapan mereka.

"Kenapa kau ini?!"

"Dia... Dia..."

"Apa kau kira ayah akan takut dengannya?"

Mereka yang belum mengenal Suho memang gampang sekali meremehkannya, apalagi Suho yang terlihat seperti anak orang kaya yang manja pada orang tuanya.

"Jujur saja aku tak ingin mencari perkara di tempat ini."

"Sombong sekali, hajar dia!!"

Nayeon pernah mendengar cerita tentang Suho dari Irene, dia ingat kalau Suho pernah terlibat dalam pertengkaran yang hebat dan Suho mampu memenangkannya tanpa terluka sedikit pun. Dia juga bisa merasakan kalau Suho bukanlah orang sembarangan, apalagi sifatnya yang begitu menonjol dan berbalik dari Myeonjun yang pernah dikenalnya.

Para orang tua membuat keributan di sekolah karena ulah sang anak yang tidak jujur, bahkan para guru yang ada di tempat tidak ada yang berani memisahkan mereka semua.

Suho begitu santai dan tidak panik saat menghadapi para orang tua yang kesal padanya. Dengan waktu yang bersamaan mereka mengeroyok Suho. Namun sangat disayangkan, kali ini Suho menggunakan kedua tangannya. Sudah pasti bisa ditebak kalau dia akan menghabisi semua orang yang berani melawannya.

Ternyata tidak. Suho tidak membuat mereka babak belur. Dia selalu mampu mengelak dari semua serangan yang tertuju padanya.

"Kenapa kau tidak melawan?"

"Haruskah aku melawan? Apakah itu akan menyelesaikan masalah?"

Para orang tua yang nafasnya masih terengah-engah itu pun terdiam, mereka merasa seperti anak kecil yang mudah terpancing emosi.

"Aku di sini hanya ingin meluruskan masalah Seoyeon, bukan bertengkar dengan kalian." Sambung Suho lagi yang berhasil menyadarkan para orang tua yang sebelumnya sempat tersulut emosi.

Akhirnya mereka sepakat untuk melakukan rapat musyawarah, selama itu Suho terus diam memperhatikan. Memang kebenaran selalu datang terlambat, buktinya dari rekaman CCTV menunjukkan kalau Seoyeon yang menjadi korban perundungan.

Setelah masalah Seoyeon dirasa sudah selesai mereka pergi ke kedai es krim terdekat. Dua kakak beradik itu antusias memesan es krim berukuran besar untuk dimakan berdua. Ini pertama kali dalam hidupnya bisa melihat menolong seseorang yang mirip dengan masa lalu orang yang pernah dikenalnya.

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang