Should I Give Him A Chance?

2.8K 255 2
                                    

Lilianne POV

"Lil..."

Aku menoleh saat Mama mengetuk pintu dan melongokkan kepalanya.

"Mam, masuk.." sahutku sambil melipat baju terakhir dan menyusunnya untuk dimasukkan kedalam lemari.

Mama berjalan masuk dan duduk di ujung ranjang, kemudian membantu memberikan tumpukan baju Olivia ke tanganku.

"Apa...Thomas sudah hubungi kamu lagi?"

Aku menghela napas. Entah kenapa Thomas menghilang begitu saja sejak kejadian lalu, bukannya merasa lega, aku malah was-was. Semalam Tino bilang bahwa Thomas sempat menemuinya beberapa waktu lalu di kantor, Tino bilang belum sempat memberitahu karena suasana hatiku masih buruk, tapi sampai kapan aku bisa menghindar?

Betul kata Tino, cepat atau lambat aku harus menyelesaikan masalah antara aku dan Thomas, tapi aku sendiri belum tahu apakah aku siap berbagi Liv dengan pria itu, karena bagaimanapun Thomas tetap Papanya Liv.

"Aku bingung Mam. Jujur aja, aku ga tau apa yang Thomas mau? Kenapa dia tiba-tiba muncul sekarang? Kemana dia selama ini?"

Mama menghela napas. "Lil, Mama mengerti betapa traumanya kamu dengan Thomas dulu, tapi kalau dia hanya sekedar ingin dekat dengan Liv, kamu ga bisa ngelarang juga. Bagaimana pun Olivia berhak tau tentang ayahnya yang masih hidup. Mama juga lihat kemarin Liv dengan mudah menerima kehadiran Thomas, mungkin anak itu selama ini ingin tau juga tentang ayahnya."

Aku terdiam, aku beberapa kali kesulitan menghadapi keingintahuan Liv tentang Thomas, wajar sebenarnya, aku tidak ingin menutupi apapun dari anakku misalnya dengan mengatakan kalau Papanya sudah meninggal atau alasan lainnya. Suatu hari tiba-tiba Thomas muncul seperti ini, aku tidak ingin Liv malah membenciku karena berbohong. Semua kenanganku dengan Thomas memang sudah ku singkirkan jauh-jauh, tapi ada satu foto saat usia Liv 1bulan dimana Thomas sedang menggendongnya kusimpan di amplop berisi surat-surat RS saat dia lahir dulu. Dan aku tidak pernah menutupi tentang Thomas, aku hanya mengatakan kalau aku dan Papanya sudah berpisah.

"Entah Mam, mungkin aku akan pikirkan baik-baik kalau nanti Thomas mencoba menghubungiku lagi. Aku juga ga tega lihat wajah sedih Liv pas kemarin aku usir Thomas."

Mama mengangguk pelan. "Lagipula ada Tino yang akan lindungi kalian kalau sampai Thomas macam-macam kan?"

Aku mengulum bibirku, entah apakah aku tidak akan membebani Tino, sedangkan disatu sisi pria itu juga sedang memiliki masalah dengan mantannya yang juga tiba-tiba muncul lagi.

Mengapa masa lalu kami sama-sama kembali disaat bersamaan?

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

Ada yang berbeda saat aku bertemu Tino dikantor tadi pagi, pria itu terlihat kacau, dan dingin. Seolah ada kemarahan yang dia simpan. Ada apa dengannya?

Aku sengaja mengajaknya makan siang diluar tapi Tino tidak banyak bicara. Dia juga tidak menjawab panjang lebar jika aku bertanya tentang sesuatu.

"Apa ada masalah?" Akhirnya kulontarkan kalimat itu karena sudah tidak sabar. Sedikit banyak aku mengetahui gelagat pria itu walau hubungan kami belum lama.

Dia menghela napas. "Ga ada apa-apa." Sahutnya enggan menatapku.

"No, aku ga suka kalau kamu sembunyikan sesuatu di belakangku, aku paling trauma dengan hubungan ga terbuka. Kamu masih ingat kan kalau aku pernah bilang begitu?"

Dia akhirnya menatapku, menaikkan tangannya ke aras meja. "Maaf Lil, ada sesuatu yang mengganggu pikiranku."

Aku mengangkat tanganku. "Bukankah ini memberiku hak untuk tau semua masalah kamu?" Aku memainkan jemariku yang tersemat cincin pertunangan kami. Terpaksa, sebenarnya ini bukan kebiasaanku, menuntun penjelasan tentang segala hal.

✅ TOUCH ME NOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang