Chance

4.7K 394 0
                                    

Valentino pov

"Why?" Bisikan samarnya terdengar sampai ke dalam relungku. Wajahnya berubah panik, Lilianne menarik tangan yang sedari tadi kugenggam dan aku merasa sedikit kecewa. Tentu saja dia akan bingung, selama ini kami tidak pernah bersinggungan sama sekali dan tiba-tiba aku menyatakan cinta padanya.

"Kalau kamu tiba-tiba jatuh cinta karena semalam maka tolong berhenti. Semalam itu..."

Aku menghembuskan napas kasar. Bagaimana cara aku menjelaskan padanya? Mulutku terbuka tapi ku urungkan, aku menatap sekeliling kami.

Terlalu ramai..

Bukan disini kami harus bicara. Aku mengambil dompet dan melemparkan beberapa lembar uang seratus ribuan ke meja kemudian menarik tangannya pergi.

"Kita mau kemana?"

Dia tidak berusaha mengelak dan aku terus menyeretnya ke arah mobilku.

"Tino..."

Aku berbalik dan memegang bahunya. "Kamu percaya aku kan?"

Dia tertegun sejenak lalu mengangguk. Sesaat dia bingung saat aku membuka pintu mobil untuknya tapi dia tetap diam dan masuk. Aku melajukan kendaraan ke apartemenku.

Dia hanya mengikuti apapun yang aku lakukan dan aku berterima kasih. Rasanya perasaanku meluap. Aku tidak pernah mudah jatuh cinta seperti ini. Seolah sudah lama aku memiliki perasaan ini dan sekarang hendak meledak.

Kami sampai dan aku tidak melepaskan tangannya dari genggamanku saat berjalan dan naik lift. Lilianne tersentak saat aku membuka pintu dan melihat Jarvis sedang duduk santai di sofa.

"No, ngapain.. Loh, bu Lian?" Jarvis pun terbingung saat melihat wanita itu lalu aku menatapnya penuh arti dan tidak lama sepupuku itu pergi dari sana.

Aku menarik Lilianne untuk duduk dan wajahnya berubah cemas. Aku memejamkan mataku, pasti dia berpikir macam-macam karena aku membawanya kesini.

"Aku cuma pengen ngobrol leluasa sama kamu dan aku ga mau ditempat umum. Tapi aku ga bisa memikirkan tempat lain. Ini apartemenku dan Jarvis. Kami..mm.. sahabat."

Aku bimbang untuk bilang bahwa dia saudaraku tapi jangan, jangan dulu. Aku tidak tau akan seperti apa reaksi Lilianne kalau dia tau aku anak Yudhian Oetama jadi lebih baik biarkan saja dulu.

Lilianne mengangguk sejenak dan aku mengambilkan minuman untuknya. Dia melirik ke sekitar ruangan lalu menatapku.

"Sejak pertama kali kita ketemu. Waktu kamu wawancara aku, aku tertarik sama kamu Lil. Boleh kan aku panggil kamu Lil?"

Dia menunduk gugup dan mengangguk. Sudut bibirku terangkat. Dia terlihat berbeda dengan di kantor. Saat bekerja Lilianne terlihat tangguh, tenang, menguasai keadaan. Sedangkan sekarang, tubuhnya kikuk dan itu membuatku gemas.

"Umur bukan masalah untukku Lil. Aku ingin kamu coba mengenalku."

Dia menggigit bibirnya, membuatku menahan diri untuk tidak menciumnya.

"No, banyak gadis cantik di kantor yang lebih muda. Lebih menarik."

"Bukan karena itu. Aku tidak mencari itu."

Matanya melirik ke kanan dan ke kiri, aku tau dia mencari alasan. Apa dia tidak suka padaku?

"Aku punya anak." ujarnya.

"Bonus untukku." Sahutku.

Dia menghela napasnya. "Jujur, secara fisik aku tertarik sama kamu. Well, siapa yang tidak tertarik dengan tubuh kamu yang.. mmm.."

✅ TOUCH ME NOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang