Came At The Right Time

3.4K 273 6
                                    

Valentino POV

Entah ekspresi seperti apa yang harus aku pasang diwajah ini saat menatapnya yang tengah menangis putus asa, terlihat hancur dan terluka. Aku mendekap kedua tangan didada, membiarkan dia menguasai dirinya tapi nampaknya sulit.

Aku mengerti, pasti Lilianne marah sekaligus sedih dengan kejadian kemarin. Dimana kakak kandungku sanggup melakukan apa saja untuk menghancurkanku, dan juga orang-orang penting dalam hidupku. Berbagai pikiran buruk memburunya dan menuntut tanggungjawab saat dia tersadar pagi ini, pikiran pasti sudah kemana-mana. Aku merasa bersalah, karena akulah Lilianne jadi seperti ini.

"Pergi." Sahutnya pelan sambil menutup wajahnya.

Aku melangkah dan mendekat sisi ranjang.

"Tidak!" Dia beringsut menjauh dan berteriak histeris. "Pergi kamu! Aku ga mau kamu liat aku begini! Aku sudah hancur! Aku ga pantes buat kamu!"

"Lil." Aku menarik tangannya lalu mendekap tubuhnya ke pelukanku. Dia mencoba melepaskan diri, tapi percuma, emosinya begitu besar sehingga dia tidak kuasa mendorongku menjauh.

"Ga! Lepas! Jangan peluk aku! Aku kotor! Aku kotor!!". Lilianne tersedu hebat, luar biasa, tangisnya begitu pecah.

"Lil dengar! Aku.." Aku menangkup wajahnya agar menatapku tapi dia enggan, terus berusaha melepaskan tanganku dari tubuhnya.

"Aku ga mau! Jangan sentuh aku! Aku kotor!"

"Aku yang buat kamu kotor!!" Kesabaranku meluap. Memang sulit mendengar penjelasan jika kita sedang dilingkupi emosi.

"Ga!!"

"Lil, dengar!!" Aku menangkup kedua pipinya agar dia tidak terus menghindari tatapanku. "Aku yang lakuin semua itu semalam!"

"Ap..apa?"

Berhasil, dia berhenti meronta dan menatapku nyalang.

"Kalau kamu ngerasa tubuhmu kotor karena semalam, maka aku yang buat kamu kotor, Lil." Aku menangkup bagian kanan kepalanya agar dia tidak lagi menghindar. "Aku yang buat kamu begitu." Aku memelankan suaraku.

Dia terbelalak tapi kemudian menggeleng keras. "Bukan kamu! Dia.. dia yang.. dia yang.."

Aku menggeleng. "Bukan dia Lil, aku."

"T..tap..tapi..ba..bagaimana..."

Aku mengehela napas kemudian duduk dengan lebih tenang, bahuku tidak setegang tadi. "Aku tau kamu mungkin ga ingat, tapi semalam itu..."

Flashback On

Mobil kami berpapasan dilorong basement. Aku dan Varell bahkan saling menatap sesaat, pria itu sempat melempar seringai liciknya.

"Sial!!"

Aku tidak tahu seberapa jauh harus berputar dan mengejar.

Ciiittt!!!

Suara rem mengejutkan kami, aku melirik di spion, mobil Varell berhenti begitu saja. Aku langsung menginjak rem dan bergegas keluar meninggalkan mobil. Berlari dengan napas memburu berharap bisa menggapai mobil itu sebelum dia kembali tancap gas. Tapi apa yang membuat dia berhenti dadakan membuatku dan Jarvis terkejut.

"Mom!!"

Wanita paruh baya itu berdiri di depan mobil dengan kaki gemetar, kedua tangannya terentang menghentikan mobil itu. Mataku nyalang! Kalau Varell tidak menginjak rem Mom bisa tertabrak begitu saja.

Aku langsung memecahkan kaca mobil pria itu karena dia mengunci pintunya, tidak peduli tanganku berlumuran darah, aku menyeret Varell keluar melalui jendela.

✅ TOUCH ME NOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang