Lilianne POV
Aku menghela napas, rasanya menyebalkan diliputi perasaan gelisah seperti ini. Keira dan Pamela sudah menyarankan agar aku segera menyelesaikan masalah ini, tapi entah mengapa aku merasa ingin pembuktian dari Tino, menunggu dia duluan yang berinisiatif untuk menemuiku. Tapi, sudah 1 hari pria itu tidak memberi kabar apapun. Kepalaku semakin panas!
Aku sedikit berterima kasih pada Thomas, memang dia tidak banyak bertanya apa-apa, tapi dia membantu menjaga Olivia, mengalihkan fokusku yang sedang setengah buyar sekarang ini. Lagipula gadis kecilku juga sangat senang menghabiskan waktu bersama Papanya, seolah menebus waktu mereka yang hilang. Aku paham, Thomas juga pasti ingin menebus kesalahannya pada kami, terutama Liv.
Wanita itu? Entah apakah karena ada pengaruh dari Mama Tino yang membuat aku selalu berpikiran buruk. Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua. Seperti Thomas, mungkin dia sudah menyesali semua kesalahannya, berniat memperbaikinya demi hidup yang lebih baik. Lalu Maria? Aku mencoba memposisikan diriku jika menjadi dia.
Coba kalian pikir.. jika kita mencintai seseorang, dia bahkan berani berkorban untuk kita sampai rela meninggalkan keluarganya, sampai rela melepaskan posisinya di perusahaan milik Ayahnya, bukankah seharusnya tidak semudah itu kita meninggalkan dia?
Ah, sesaat aku lupa kalau Mom Valeria bilang jika Maria wanita bermuka dua. Jelas kedatangan dia kali ini bukan untuk penebusan dosa. Apapun bisa dia rencanakan dan lakukan agar membuat Tino merasa bersalah.
Aku harus memastikan kalau kali ini Tino tidak akan kembali terpedaya dengan tipu muslihat wanita itu. Suara ponsel berbunyi dan guru les Olivia mengabarkan jika putriku sudah selesai belajar. Aku akan menjemputnya dan mengajak Liv membeli gelato kesukaannya di mall dekat tempat lesnya. Thomas bilang besok dia akan datang dan bermain bersama Liv. Aku bilang untuk tetap dirumah karena aku sedang malas keluar.
Satu jam kemudian kami sampai di mall, Olivia melonjak girang saat aku bilang akan membelikan buku cerita kesukaannya sebagai bonus karena nilai lesnya meningkat. Kami tengah mengantri gelato saat aku melihat sosok yang aku kenal.
Maria.
Dia terlihat sedang mengecek ponsel di sebuah resto all you can eat, entah menunggu siapa. Apakah dia menunggu Tino?
Jiwa detektifku keluar, setelah Liv mendapatkan gelato, aku memintanya untuk duduk di bagian tengah mall dimana terdapat pancuran air dan aku berpura-pura melihat bazaar baju di sekitar resto itu. Aku berusaha mendekat, tidak mungkin dapat mendengar pembicaraan sih, tapi setidaknya aku akan tahu siapa yang wanita itu tunggu.
Aku mencoba topi dan berpura-pura mematut di cermin saat melihat seorang pria masuk dan duduk di kursi depan Maria. Merasa lega ternyata orang yang wanita itu tunggu bukan Tino, tapi juga penasaran siapa dia?
Kok sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana ya?
Ah, bukan urusanku!!
Aku berbalik mengajak Liv untuk pergi dan mengarah ke toko buku. Setengah jam Olivia memilih kemudian kami membayar. Aku melihat Maria dan pria itu berjalan didepan kami menuju ke parkiran. Pria itu meletakkan tangannya ke pinggang Maria dan mereka terlihat akrab. Apakah itu saudaranya? Tapi Tino bilang wanita itu tidak punya keluarga di Jakarta. Jadi siapa?
Aku terus memikirkan itu dalam perjalanan pulang, karena bagaimanapun kedatangan Maria mempengaruhi pikiran Tino, buktinya pria itu tidak mencoba menghubungiku sedikitpun sejak terpergok kemarin.
*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*
Tok-tok
Aku membuka pintu depan dan melihat Thomas berdiri sambil mengulas senyum. "Hai Lian." Dia menyodorkan sebungkus makanan, hal yang selalu dia bawa jika datang. Padahal sudah kubilang tidak perlu repot membawakan apapun untukku dan Mama.

KAMU SEDANG MEMBACA
✅ TOUCH ME NOW
Acak(Complete) Lima tahun menjanda, Lilianne hanya fokus pada pekerjaan dan anak semata wayangnya, Olivia. Baginya kehidupan yang dia jalani sudah sempurna, Lilianne tidak membutuhkan sosok pria baik untuknya atau untuk anaknya. Hingga suatu ketidaksen...