Future Husband?

4.3K 325 1
                                    

Klik ⭐ jangan lupa...

Lilianne pov

Aku seperti bermimpi saat menatap cincin berlian berukuran tiga karat dengan berlian kecil-kecil di sekelilingnya yang tersemat di jari manisku. Aku tak ingin membayangkan berapa harganya dan yang paling mengejutkan adalah Tino melamarku!! Aku menatap heran pria itu, menatap mata teduh yang seolah bisa menembus kedalam benakku.

"No, kita kan baru kenal. Aku juga belum tau keluarga kamu."

"Aku bakal kenalin kamu nanti. Akhir bulan ini Mama ulang tahun dan dirayain. Kamu ikut ya?"

"No.. kamu yakin?" Aku menatapnya, mencari keraguan disana. Tapi justru malah menemukan kepercayaan diri yang meluap.

"Lil, aku yakin tentang perasaanku. Kalau kamu belum cinta sama aku, kita punya banyak waktu setelah menikah nanti."

"Hah? Maksudnya kita bakal segera...."

Dia mengangguk. "Aku ga mau nunggu lama. Aku mau saat Oliv harus ketemu Thomas, kita temenin dia. Aku ga mau kamu sendirian ngadepin semua permasalahan kamu."

Mataku kembali berkaca-kaca. Entah apa yang membuat Tino memutuskan semuanya secepat ini. Apa dia hanya kasihan? Tapi dia seperti sudah yakin dengan keputusannya.

"No, aku udah pernah gagal dalam berumah tangga, aku takut..."

Tino membungkam mulutku dengan ciumannya. Dia mencurahkan perasaannya dalam ciuman itu dan aku merasakannya.

Pria itu membopongku ke balkon tertutup dan aku terkejut melihat kolam jacuzzi disana. Tino menurunkanku dan membalik tubuhku menatap kolam kecil itu. Dia mengambil gelas wine dari tanganku dan meletakkannya di meja kecil.

"Ulang tahun kamu belum selesai. Kamu akan dapat hadiah utamanya sekarang" bisiknya. Pikiranku blank sesaat mendengar ucapannya. Aku menoleh menatap wajahnya, ada gairah terpancar jelas disana.

Aku melihat dia mengambil jarak dan membuka kemeja kerjanya, jantungku berdetak kencang saat kemeja itu jatuh dan melihat dada bidangnya terpampang. Mataku terpaku menatap pria itu. Aku merasa tenggorokanku mendadak kering.

"Your turn..." bisikannya parau menggema di ruangan itu.

Aku mengerjap berusaha menangkap maksudnya. Seperti dikendalikan dengan benang tak nampak, tanganku bergerak ke atas melepas barisan kancing blouseku dengan gugup. Matanya membuat tubuhku panas dan dia menggigit bibir sexy nya saat melihat atasanku terbuka dan aku merasa seperti perawan yang baru pertama kali akan bercinta.

Payudaraku cukup padat untuk ukuran wanita yang pernah menyusui dan aku merasa tersanjung dia memujiku dengan matanya.

Aku menjatuhkan blouseku dan kembali menatapnya. Dia tetap mengunci mataku saat tangannya bergerak melepas gesper dan menurunkan celananya. Aku menarik napas gugup melihat tonjolan sesungguhnya yang kelihatannya ingin memberontak. Tino menyisakan boxernya dan aku menurunkan zipper celanaku lalu menurunkannya.

Dia mendekat melepaskan penutup terakhir ditubuhnya. Dan aku merasa tidak sanggup melihat juniornya yang, well.. tidak bisa dibilang junior.. aku merasa hawa dingin dan panas bergantian menguasai tubuhku.

Aku meraih kait bra, dan melepasnya. Tino menelan salivanya saat aku menurunkan celana dalamku. Seharusnya aku malu dengan ketelanjangan kami, tapi pandangan mata Tino yang memuja membuatku merasa berharga.

Dia berjalan dan masuk dengan perlahan ke kolam jacuzzi dan mengulurkan tangannya menuntunku masuk. Suara air tumpah seiring tenggelamnya tubuh kami membuat aku mengerjap gugup.

✅ TOUCH ME NOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang