Marriage Agreement

3.5K 268 3
                                    

Valentino pov

Aku mengerjap merasakan sinar matahari menembus jendela kamar. Aku terduduk dan mengusap kasar wajahku, mengingat beberapa penggalan kejadian semalam. Aku menoleh ke samping, ranjang sebelahku sudah kosong. Aku menghela napas dalam menyesali perbuatanku.

Seolah menghukum Lilianne atas kesalahan yang tidak dia perbuat. Dengan tidak tau diri aku memanfaatkan wanita itu untuk melepaskan emosiku. Aku menyalurkan amarahku tanpa memikirkan perasaan Lilianne.

"Aaarrgghhh!!" Aku berteriak frustasi. Pasti Lilianne kecewa dan akhirnya meninggalkanku. Aku bahkan tidak tau kapan dia pergi. Aku memang brengsek!

"Kenapa teriak-teriak begitu?"

Suara wanita itu membuatku tersentak. Dia masuk membawa nampan berisi makanan. Aku tercengang melihatnya tersenyum tulus ke arahku.

"Kamu ga pergi?" Suaraku mencicit.

"Aku laper dan kenapa aku harus pergi?" Dia meletakan nampan besar berisi makanan dan segelas susu juga kopi kesukaanku.

Rasanya aku ingin menangis. Tapi aku hanya bisa menatapnya saat dia duduk di depanku.

"Kamu pasti laper. Ayo makan!" Dia menyodorkan garpu ke piringku.

Aku bangkit dan menariknya berdiri lalu memeluknya sekuat tenaga. Dan aku bersukur Lilianne membalas pelukanku. Dia tidak marah. Dia tidak pergi.

"E..Ed.. Seh..seshaak..." suara wanita itu terbata saat aku tanpa sadar memeluknya terlalu erat. Aku mengendurkan pelukanku dan menatapnya dalam.

"Thankyou Lil.." aku mengelus tengkuknya dan menunduk untuk mengecup bibirnya. Dia tersenyum tulus memandangku.

"Feeling better?" Tanyanya sambil mengusap bahuku. Aku mengangguk.

"Kita makan dulu oke.. aku bener-bener laper." Dia menarikku untuk kembali naik ke atas ranjang dan kami makan sambil berbincang.

Aku merasa lega. Lilianne memang wanita yang luar biasa. Dia bahkan tidak bertanya apapun walau mungkin seribu rasa penasaran ada di otaknya. Dan aku merasa bersyukur dia bisa memahamiku.

Suara ponselku menghentikan obrolan kami dan aku menebak siapa yang menelepon pagi-pagi begini dan benar dugaanku.

"Halo..."

"........................"

Aku menutup telepon tanpa menyahut lagi. Lalu menghela napas panjang.

"Anter aku pulang siang ini ya? Aku sudah janji mau ajak Olivia ke mall." Sahutnya.

Aku tau, Lilianne menyadari perubahan sikapku setelah menerima panggilan telepon tadi. Seharusnya kami akan menghabiskan waktu weekend ini tapi Papaku benar-benar merusak suasana.

"Sorry Lil. Aku ga jadi temenin kamu sama Oliv." Sesalku.

"It's okey Ed. Minggu ini girls time.." sahutnya sambil tersenyum dan aku tidak tahan untuk kembali menciumnya.

^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*

Aku berjalan masuk setelah asisten rumah Mama membuka pintu. Aku tahu dimana orangtuaku siang seperti ini menghabiskan waktu. Kebiasaan lama yang selalu mereka lakukan.

Apartemen kedua orangtuaku sangat besar. Bisa di bilang hampir satu lantai digedung itu menjadi rumah mereka. Ada ruang karaoke, bioskop mini, perpustakaan, ruang kerja papa, bahkan ruang merangkai bunga untuk Mama dan ruangan lainnya.

Aku berjalan ke arah ruang perpustakaan dan aku melihat kedua orangtuaku ada disana. Mama tersenyum melihat kedatanganku. Dia mendekat dan memelukku, aku mengecup pipinya.

✅ TOUCH ME NOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang