Problems

2.8K 258 5
                                    

Valentino POV

Aku duduk, menatap ke arah pria yang terlihat gugup penuh antisipasi.

"Ada perlu apa anda menunggu saya?" Tanyaku tidak ingin basa-basi. Aku sedikit terkejut saat melihatnya ada di coffe shop saat jam makan siang. Aku berpikir dia ingin menemui Lilianne makanya aku terlebih dahulu ingin menghalanginya. Reaksi Lilianne dengan kejadian kemarin masih membuatnya terguncang dan aku tidak ingin wanita itu terus-terusan khawatir dan sedih. Tapi ternyata dia datang kemari ingin menemuiku.

"Ah, maaf kalau saya menyita waktunya. Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri secara resmi. Saya Thomas, mantan suami Lilianne." Dia mengulurkan tangannya dan menunggu.

"Saya Valentino, tunangan Lilianne."

Ada raut wajah terkejut sesaat lalu kemudian dia berdehem. "Wah, selamat. Saya tidak menduga kalau Lian sudah membuka hatinya pada pria lain."

Apa maksudnya?

"Ada keperluan apa anda ingin bicara dengan saya?"

"Begini mas Valentino, saya jujur saja, saya tidak berpikir untuk mengganggu Lilianne. Cuma ya, bagaimana pun Olivia itu anak saya juga. Saya menyesal dulu tidak bertanggungjawab mengurus Olivia. Dan sekarang saya ingin bisa dekat dengan putri saya. Saya tidak mau Oliv menganggap kalau saya mengabaikan dia."

Thomas menunduk, aku tidak bisa menebak apakah kesedihan yang terlihat di matanya itu kesungguhan atau pura-pura hanya untuk mendapat simpatiku.

"Pak Thomas, walau saya tunangan Lilianne, tapi saya tidak bisa menentukan dia harus seperti apa mengenai Liv. Jadi maaf sepertinya saya tidak bisa membantu."

Aku hendak beranjak tapi dia menahanku. "Mas, tolong bantu saya sekali ini saja. Saya tidak berniat buruk apapun pada Lilianne ataupun Oliv. Saya hanya ingin Oliv bisa mengenal kalau saya Papanya. Itu saja." Dia setengah memohon menatapku.

Aku menghela napas. "Saya akan coba bicara pada Lilianne, tapi saya tidak janji bisa membantu."

"Terima kasih mas.. terima kasih."

Aku hanya mengangguk kemudian sebagai jawaban lalu pergi dari sana. Entah apakah aku bisa bicara pada Lilianne tentang keinginan Thomas, aku merasa keinginan pria itu tidak berlebihan, lagipula bukankah jika Lilianne bisa berdama dengan mantan suaminya, maka hatinya tidak akan segusar sekarang.

Sepulang kerja aku berjalan ke arah mobil. Lilianne bilang akan pulang sendiri karena ada perlu, dia tidak mengatakan apa-apa. Aku sampai di apartemen dan terheran saat masuk melihat ada sepatu wanita yang tidak kukenali.

Apakah Jarvis membawa seseorang kemari?

Aku terkejut saat melihat Maria sedang sibuk membuat sesuatu di dapur kami.

"Ngapain kamu disini?"

Wanita itu mendongak lalu tersenyum. "Ah, maaf aku ga bilang mau kemari. Aku lagi buatin makan malam buat kamu. Kamu belum makan kan? Kebetulan aku buatin masakan kesukaan kamu nih..."

Aku bergeming menatapnya. Aku tahu dia bukan wanita bodoh yang tidak mengerti perkataanku. Senyumnya hilang saat melihatku tidak menanggapi.

"Ed.. maaf aku tau aku lancang, tapi.."

Suara pintu berbunyi membuat kami menoleh ke arah pintu. Suara kekehan Jarvis dan suara gelak tawa lainnya yang ku kenali terdengar sat pintu terbuka.

"Haha.."

"Iya, jadi saya dan Tino waktu itu kan.." Jarvis berhenti bicara saat melihat aku berdiri dan Maria dibalik meja dapur.

✅ TOUCH ME NOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang