Not A Misunderstanding

2.5K 244 6
                                    

Lilianne POV

Aku merapihkan baju Olivia, mengikat pita yang melingkar diperutnya. "Jangan jauh-jauh sama Papa. Dan tasnya jangan dilepas ya.. Mama masih disekitar sini juga tapi Mama ga akan ganggu waktu kamu sama Papa."

Olivia mengangguk sambil tersenyum senang. Hati anak perempuanku itu ceria sejak kemarin saat kubilang jika Papanya akan mengajaknya jalan dan bermain disalah satu Mall daerah Jakarta Barat. Seminggu penuh aku berpikir apakah tepat mengijinkan Thomas bertemu Olivia. Pria itu terus membujukku agar dapat mengijinkan Olivia untuk mengenalnya lebih jauh. Dia terlihat berubah, berbeda dengan dulu saat terakhir kali aku bertemu dengannya. Itu yang menjadi pertimbanganku akhirnya mengijinkan Liv bertemu Papanya, tapi tetap dalam pengawasanku. Aku menyembunyikan ponsel kecil yang sengaja kutaruh di tas kecil Liv. Thomas tidak tahu jika aku telah menghubungkan telepon itu dengan ponselku, agar aku tetap dapat mendengar apa yang mereka lakukan.

"Jangan kasih Liv eskrim sebelum makan." Ucapku pada Thomas, dijawab anggukan pria itu sambil menggenggam tangan Liv.

"Mama ga mau ikut?" Tanya Liv dengan wajah penuh harap.

Aku tersenyum. "Sekarang waktunya Liv sama Papa dulu. Mama nanti menyusul ya? Mama juga kebetulan mau beli sesuatu buat Oma disupermarket."

Olivia mengangguk lalu menatap Thomas.

"Nanti aku kabari kalau kami sudah selesai bermain." Pria itu menggenggam tangan Liv dan mereka berjalan menjauh.

Aku melambai sambil tersenyum ,melihat Liv berceloteh semangat saat Thomas menanyakan apa yang akan mereka lakukan. Biarlah, mau sampai kapan aku diliputi rasa gelisah, satu sisi tidak ingin Liv bertemu Thomas, tapi disisi lain anakku sudah semakin besar dan mengerti, aku tidak ingin Liv malah benci padaku kalau aku terus melarangnya. Aku pikir semuanya dapat dijelaskan dengan baik, toh Liv sudah tahu mana baik dan benar.

Aku memanfaatkan waktu untuk berjalan-jalan. Earphone yang menempel ditelingaku terus mendengarkan suara riang anakku. Mereka kemana pun aku bisa mendengar dengan jelas. Bagaimanapun aku tidak boleh lengah, kepercayaanku pada Thomas belum 100%.

Aku masuk ke dalam supermarket, lalu berjalan ke arah lorong minuman, membeli beberapa stok minuman ringan untuk Olivia, juga minuman air kelapa yang biasa ku minum saat pulang kantor. Lalu aku berjalan ke arah makanan mengambil biskuit-biskuit kesukaan Mama. Tapi kemudian langkahku terhenti saat aku melihat Tino dan... Maria?

Mereka sedang mengambil makanan ringan, kemudian mata wanita itu bersirobok dengan mataku. Dia terpaku menatapku, membuat Tino akhirnya melihatku. Aku sangat terkejut melihat pria itu sedang disini, Tino tidak mengatakan apa-apa padaku. Dia hanya bilang akan pergi bersama teman dan aku tidak bertanya banyak. Aku bilang kalau hari ini akan mengantar Liv bertemu Thomas, dia juga tidak menawarkan sekedar mengantar atau mengatakan apapun, sedikit aneh dengan sikapnya tapi aku tidak mau berpikir jauh.

Aku terdiam, entah harus marah atau bagaimana sebenarnya tapi aku wanita dewasa, amarah tidak menyelesaikan masalah. Tino berjalan mendekat.

"Lil.." dia mengecup pipiku. "Ah, maaf aku ga bilang apa-apa. Nanti aku jelaskan."

"Jelaskan sekarang kalau gitu!" Entah kenapa aku tidak bisa mengendalikan amarahku. Dia terlihat bingung bolak-balik menatapku dan wanita itu bergantian. Aku kemudian berjalan menjauhi Tino. Aku merasa kesal, aku tunangannya dan dia menyembunyikan ini padaku. Rasanya keterlaluan.

"Lil..!!" Pria itu menahan tanganku untuk berhenti tapi aku menyentak tangannya dan terus berjalan. Rasa marah dan kecewa melingkupi perasaanku. Aku meninggalkan keranjang belanja begitu saja, tidak menghiraukan suara Tino yang terus memanggilku. Aku langsung berjalan ke arah parkiran. Aku hanya berpikir untuk pergi. Bagaimana dengan Olivia?

✅ TOUCH ME NOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang