"Pagi Zidan," sapa Gina saat Zidan baru saja memasuki kelas bersama dengan Arga dan Kevin.
"Pagi Arga," sapa Fia kepada Arga.
"Pagi juga Gina, pagi juga Fia," bukan Zidan ataupun Arga yang menjawab, melainkan Kevin.
"Gue nyapa Zidan, bukan elo!" kesal Gina.
"Gue juga nyapa Arga, bukan elo!" kesal Fia.
"Pagi Zidan, pagi Arga," celetuk Rita menirukan gaya bicara Gina dan Fia dengan suara yang dibuat-buat.
"Kasian yang dicuekin," timpal Lia dengan nada mengejek.
"Diem kalian!" bentak Gina kesal.
"Zidan, kamu nanti sore sibuk nggak? Kita jalan-jalan yuk!" ajak Gina dengan nada manja.
"Gue sibuk!" ketus Zidan.
"Kok kamu gitu si? Cuma nemenin aku sebentar aja kok, mau ya," rengek Gina seraya memegang lengan Zidan.
"Lepas!" perintah Zidan dengan wajah datarnya namun penuh penekanan.
"Genit amat lo Gin? Udah tau Zidan nggak mau sama lo, masih aja dipaksa," celetuk Kevin yang membuat Gina cemberut.
"Ayolah Zid, kali ini aja, please," ucap Gina dengan muka memelas.
"Ya jelas Zidan nggak mau jalan sama lo lah, orang dia udah punya pacar, mana mau dia sama lo yang centil kek gitu," sahut Rita yang membuat banyak orang terkejut, termasuk kedua sahabatnya.
"Kamu beneran udah punya pacar? Kok kamu jahat sama aku? Aku kan udah lama suka sama kamu Zidan," kesal Gina.
"Zidan, ayo dong jawab! Kamu beneran udah punya pacar apa belum?" tanya Gina seraya menggoyangkan lengan Zidan.
"Hem," Zidan hanya menjawab dengan deheman.
"Wah, serius lo Zid? Siapa pacar lo? Masa lo nggak kenalin ke kita," ucap Kevin tak percaya.
"Pasti pacar kamu nggak ada apa-apanya dibanding aku kan?" ucap Gina dengan penuh percaya diri.
"Cih, lo mah nggak ada apa-apanya Gin," celetuk Lia.
"Ho-oh, dia mah nggak centil, nggak genit dan nggak sok baik kek elo," timpal Rita.
"Siapa si? Gue jadi penasaran," ucap Fia.
"Lo beneran udah punya pacar?" tanya Arga yang juga dibalas deheman oleh Zidan.
"Kalo kamu beneran udah punya pacar, coba sebutin siapa pacar kamu! Berani-beraninya dia rebut kamu dari aku," ucap Gina seraya memeluk lengan Zidan tanpa rasa malu.
Padahal Zidan mengiyakan ucapan Rita bahwa ia sudah punya pacar hanya untuk membuat Gina menjauh, tapi kini gadis itu malah menempel kepadanya.
"Lepas Gin!" bentak Zidan, namun tak dituruti oleh Gina.
"Kalo kamu nggak jawab pertanyaan aku, aku nggak mau lepasin kamu, biarin aja, biar semua orang itu tau, kalo kamu itu milik aku," ucap Gina seraya mengeratkan pelukannya pada lengan Zidan.
Zidan tidak mungkin melakukan kekerasan terhadap perempuan, karena Ibunya selalu mengajarkan agar dia tidak pernah kasar terhadap perempuan, tapi rasanya ia ingin sekali melakukan kekerasan terhadap gadis ini, namun ia tahan.
"Tinggal jawab kali Zid, gue juga penasaran ini," celetuk Kevin.
Banyak pasang mata yang menatap kearah mereka, sebenarnya mereka hanya ingin tahu siapa pacar Zidan, karena selama ini Zidan tidak pernah dekat dengan seorang gadis, terlebih lagi pribadinya yang dingin dan cuek, membuat ia selalu mengabaikan banyak gadis yang menyukainya.
"Pacar gue...," Zidan menjeda ucapannya, membuat yang lainnya menatap intens kearahnya seraya menunggu ucapan Zidan selanjutnya.
-------------------------
"Pagi Zyzy," Sapa Willy saat Zyla baru saja sampai di sekolah.
Zyla tidak menjawab sapaan Willy, ia terus saja berjalan menelusuri koridor sekolah yang sudah nampak sepi, karena sebagian murid sudah berada di kelas.
"Zy, lo nggak bisa maafin gue gitu?" tanya Willy seraya mensejajarkan langkahnya disamping Zyla.
"Gue udah minta maaf berkali-kali, tapi lo gak pernah mau maafin gue, emang kesalahan gue besar banget ya?" tanya Willy lagi.
Zyla menghentikan langkahnya dan menatap kesamping, sehingga tatapannya bertemu dengan Willy.
"Nggak ada kata maaf buat lo! Lo tanya kesalahan lo besar atau nggak? Lo sendiri nggak tahu gimana besarnya kesalahan elo, gimana lo mau tulus minta maaf sama gue, sedangkan lo anggep kesalahan lo itu cuma kesalahan kecil," ucap Zyla dengan lantang, sehingga membuat beberapa murid yang berada disana menghadap kearah Zyla, karena penasaran apa yang terjadi.
Zyla melanjutkan langkahnya dan diikuti oleh Willy, karena mereka memang satu kelas.
"Zy, tunggu! Gue bisa jelasin semuanya," ucap Willy, namun tak mendapat jawaban dari Zyla.
"Zy, gue mohon," pinta Willy.
"Zyzy, please maafin gue!" ucap Willy.
Tanpa sadar mereka kini sudah sampai di depan ruang kelas, tanpa mereka sadari Zidan terus memperhatikan Zyla dan Willy, karena memang pintu kelas tidak tertutup, sementara yang lain masih menatap Zidan.
"Zy,"
"Stop gangguin gue Willy, gue muak sama lo, gue bahkan nggak sudi lihat muka lo lagi," ucap Zyla seraya menatap tajam Willy.
Zyla memasuki kelas, dengan diikuti oleh Willy dibelakangnya. Ia merasa heran kenapa suasana kelas senyap tidak seperti biasanya.
"Zyzy"
"Iya, lo manggil gue El?" tanya Zyla seraya menatap Zidan bingung, karena disamping Zidan juga ada Gina yang tengah memeluk lengan cowok itu.
"Kenapa?" tanya Zyla seraya mendekati cowok itu, sementara Willy sudah duduk pada tempat duduknya.
"Jadi pacar lo itu Zyla?" tanya Gina tak percaya.
"Lo pacaran sama Zyzy? Demi apa?" tanya Kevin tak kalah heboh.
"Lo pasti bohong kan Zid?" tanya Fia.
"Iya bener kata Fia, kamu pasti bohong kan Zid? Masa iya kamu mau pacaran sama Zyla?" tanya Gina lagi.
"Hah? Maksud kalian apaan sih? Gue nggak ngerti," ucap Zyla yang masih belum paham apa yang mereka bicarakan.
"Zyzy itu pacar gue, gue nggak bohong! Jadi lo stop gangguin gue!" ucap Zidan dengan nada datarnya, namun mampu membuat banyak orang terkejut.
"Yes! Akhirnya rencana kita berhasil," bisik Rita kepada Lia.
"Meskipun pura-pura, setidaknya semua orang mikir itu beneran! Kita jadi nggak terlalu cemasin Zyla karena Willy," sahut Lia dengan suara pelan.
"Bener lo pacaran sama Zidan hah?" tanya Gina dengan wajah kesal.
"Em, iya," sahut Zyla pelan, karena tidak mungkin jika ia bilang 'tidak', karena disana juga ada Willy.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIZY (Zidan&Zyla)
General FictionZylavya Adeline Kencana Putri Arthawira, gadis cantik yang terkenal akan sikap matrenya, bar-bar, kere dan juga pemilik jiwa gratisan. Namun dibalik sikap matrenya, ternyata ia adalah seorang anak dari pengusaha terkaya dan tersukses, hanya saja tid...