Hari sudah semakin malam, udara disanapun terasa lebih dingin dari biasanya, namun cowok itu masih belum beranjak dari tempat yang ia duduki seraya menunggu gadis yang sedari tadi ditatapnya.
"Gue dari tadi nungguin lo Zy," ucap Zidan kepada Zyla saat Zyla sudah selesai dengan pekerjaannya.
"Tapi gue nggak nyuruh tuh," sahut Zyla ketus, padahal ia sudah tahu jika Zidan menunggunya, namun ia berusaha untuk tidak mempedulikan cowok itu.
Suasana Kafe sudah mulai sepi karena sebentar lagi Cafe akan segera tutup dan hanya ada beberapa pengunjung yang tersisa.
Zyla terpaksa harus pulang malam, karena partner bernyanyinya tidak bisa hadir, jadi ia yang harus bernyanyi sendiri.
"Lo bilang lo sayang sama gue kan? Gue juga sayang sama lo Zy. Gue udah tahu semuanya tentang kebohongan Kinan,"
"Dia bohong punya penyakit jantung supaya gue jauhin lo, dan balik lagi sama dia,"
"Maafin gue Zy, gue nggak percaya sama omongan lo, sekarang gue mau jujur kalo gue bener-bener sayang sama lo," ucap Zidan berusaha menjelaskan semuanya dan meminta maaf kepada Zyla.
Zyla hanya diam seraya mencerna semua ucapan Zidan, ia bingung harus menjawab apa sekarang.
"Gue emang sayang sama lo, tapi gue nggak bisa maafin lo gitu aja. Selama ini lo kemana? Kenapa lo nggak berusaha buat cari tahu lebih awal?" bentak Zyla dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Zy,"
"Disaat gue sedang berusaha buat lupain lo, kenapa lo datang lagi El? Kenapa lo baru sadar semuanya sekarang?"
"Kenapa dulu saat gue selalu bilang sayang sama lo, lo cuma diem aja El? Kenapa?" ucap Zyla yang sudah meneteskan air matanya.
"Gue minta maaf Zy, waktu itu gue cuma nggak mau buat lo tambah sakit hati lihat gue sama Kinan, karena saat itu gue disuruh jagain Kinan karena penyakitnya, tapi ternyata dia bohongin gue," ujar Zidan mengatakan yang sejujurnya.
"Please maafin gue Zy,"
"Gue butuh waktu," sahut Zyla seraya mengalihkan pandangannya dari Zidan.
"Lo nggak pernah ngerasain gimana rasanya dijauhin sama orang yang lo sayang,"
"Tapi gue yang udah ngerasain itu, Dan lo tahu gimana rasanya? Sakit El, sakit!" ujar Zyla seraya menghapus air matanya.
Tanpa aba-aba, Zidan langsung memeluk Zyla dengan erat, sementara gadis itu tidak membalas pelukan dari Zidan sama sekali.
"Gue seneng lo udah tahu kebenarannya El, tapi gue juga butuh waktu buat maafin lo, bahkan rasa sakit ini perlu waktu lama buat nyembuhinnya. Gue cuma mau lo ngerti gimana perasaan gue saat itu," ucap Zyla dalam hati.
"Gue akan tunggu itu Zy, gue akan tunggu sampe lo maafin gue," sahut Zidan yang masih memeluk Zyla.
--------------------
Pagi harinya seperti biasa Zyla berangkat bersama dengan Reyhan, namun kali ini ia membawa mobilnya karena ia juga akan menjemput Lia dan Rita, karena ia menuruti perintah Zyla.
"Semalem Zidan ke Cafe Zy?" tanya Lia saat mereka semua sudah berada di mobil.
"Iya," sahut Zyla singkat.
"Terus kian udah balikan?" tanya Rita to the point.
"Ya nggak lah," sahut Zyla apa adanya.
"Btw kok kalian tahu kalo El ke Cafe?" tanya Zyla menatap curiga kedua sahabatnya.
"Jangan-jangan kalian ngikutin gue ya?" tuduh Zyla.
"Ya nggak lah Zy, kurang kerjaan banget kalo kita sampe ngikutin lo Zy. Ya nggak Li?"
"Betul tuh apa kata Rita," sahut Lia.
"Terus kalian tahu darima?" tanya Zyla yang penasaran.
"Lo pikir Zidan tahu kebusukan Kinan darimana?" tanya Rita, namun Zyla hanya menggeleng pertanda tidak tahu.
"Ya dari kita lah Zy," sahut Lia.
"Ngapain coba kalian mesti ngomong ke El? Padahal kan gue udah berusaha buat lupain dia," ujar Zyla dengan wajah kesalnya.
"Kalian berdua itu sama-sama saling sayang Zy, jangan bohongin perasaan sendiri dong! Gimana kalian mau bahagia, kalo cuma diem aja dan saling salah paham," ujar Rita berusaha menjelaskan ke Zyla.
"Btw, gue juga udah tahu semuanya dari Rita Zy," celetuk Reyhan yang membuat Zyla menatap tajam kearah Rita.
"Hehehe, sorry Zy," ucap Rita seraya menunjukkan kedua jarinya yang melambangkan perdamaian.
"Rey, Rita itu suka sama lo," ucap Zyla yang membuat Reyhan terkejut, sedangkan Rita sudah menatap tajam Zyla.
"Lo sendiri yang bilang jangan bohongin perasaan sendiri dan gimana mau bahagia kalo lo diem aja, itu artinya lo juga harus ngungkapin perasaan lo Rit. Lo kan pernah bilang ke gue kalo lo suka sama Rey," ucap Zyla menjelaskan.
"Ya nggak gitu juga dodol!" kesal Rita.
"Lo beneran suka sama gue Rit?" tanya Reyhan memastikan.
"Nggak kok Rey, Zyzy bohong ya kan Li?" sahut Rita seraya mengkoreksi Lia dengan mengedipkan matanya.
"Bukannya yang Zyzy omongin itu bener ya?" sahut Lia polos.
"Sialan lo pada!" batin Rita kesal..
"Apaan sih Li, yang Zyzy bilang kan cuma bohongan, iya kan?" ucap Rita lagi seraya mencubit tangan Lia.
"Kalo beneran juga nggak papa kali Rit," sahut Reyhan yang membuat Rita menjadi gugup.
"Dengerin tuh,"
-----------------------------
"Gue bener-bener kesel sama Reyhan, masa gue disuruh naik taksi mulu," ucap Cika kepada Kinan.
"Lo pikir cuma lo doang? Zidan juga sama, dia ninggalin gue dan malah pergi sama Kevin," sahut Kinan.
"Kenapa sih? Nasib kita jadi kek gini?" gerutu Cika.
"Tau, kaki gue udah pegel nih," sahut Kinan seraya memegangi kakinya.
Cika dan Kinan memang berangkat menggunakan taksi, namun taksi yang mereka tumpangi tiba-tiba berhenti, dan mogok. Untung saja jarak dari tempat taksi mogok ke sekolah tidak terlalu jauh.
"Pokoknya nanti gue akan marahin Zyzy habis-habisan, pasti gara-gara dia tuh si Rey nggak jemput gue,"
"Bisanya cuma ngrecokin mulu tuh anak," sambung Cika.
"Itu bukannya mobilnya Reyhan ya? tanya Kinan saat melihat mobil Rey di jalanan depan sekolah.
Cika langsung melihat kearah mobil itu dan ternyata memang benar jika itu mobil milih Reyhan.
Setelah beberapa saat, ketiga gadis itu turun dari mobil milik Reyhan, hal itu sontak membuat Cika semakin dibuat emosi.
"Merek dianterin Rey?" tanya Kinan tak percaya.
"Kita harus kasih mereka pelajaran,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIZY (Zidan&Zyla)
Ficción GeneralZylavya Adeline Kencana Putri Arthawira, gadis cantik yang terkenal akan sikap matrenya, bar-bar, kere dan juga pemilik jiwa gratisan. Namun dibalik sikap matrenya, ternyata ia adalah seorang anak dari pengusaha terkaya dan tersukses, hanya saja tid...