Part 40

28.3K 2.4K 9
                                    

"Kalian siapa? tanya Zyla lirih.

Deg!

Semua yang berada di ruangan itu seketika saling tatap.

"Zy, kamu jangan bercanda, ini Bunda," ucap Dewi.

"Aku siapa?"

"Ini dimana?"

"Kenapa aku nggak inget apapun,"

"Ahh, kepalaku sakit," teriak Zyla seraya memegangi kepalanya.

"Cepat panggil dokter Rey!" teriak Surya.

Reyhan segera memanggil Dokter, sementara Dewi sudah menangis dipelukan Surya.

"Apa yang terjadi sama anak kita Yah? Kenapa dia nggak inget kita?" tanya Dewi kepada suaminya.

"Sabar Bun, sebentar lagi dokter pasti dateng," ucap Surya berusaha menenangkan istrinya.

"Kalian semua keluar! Pergi! Saya nggak kenal sama sama kalian!" teriak Zyla.

Karena tidak enak, Lia, Rita, Kevin dan juga Zidan keluar dari ruangan tersebut dan disana hanya tinggal Zyla dan kedua orangtuanya.

Setelah beberapa saat Reyhan datang bersama dengan Dokter. Dokter itu memeriksa Zyla selama beberapa menit.

"Akibat dari pendarahan dikepalanya, juga benturan keras pada kepalanya, Zyla mengalami amnesia, atau yang sering kita sebut dengan hilang ingatan. Dimana kondisi dia tidak bisa mengingat apapun yang telah terjadi," ucap Dokter itu menjelaskan kepada kedua orang tua Zyla.

"Apa? Zyzy amnesia Dok?" tanya Dewi tidak percaya.

"Iya Pak, Bu. Tapi kalian tenang saja, ingatan Zyla bisa kembali seiring berjalannya waktu," sambung Dokter.

"Kalian para orang tua, juga sahabat Zyla, bisa membantu Zyla mengingat masa lalunya, tetapi jangan terlalu dipaksakan, karena itu akan sangat bahaya bagi kondisi Zyla," ucap Dokter itu lagi.

"Baik Dok," sahut Surya.

"Nama kamu itu Zyla Adeline Kencana Putri Arthawira, kita biasa panggil kamu Zyzy, kamu itu anak Bunda sama Ayah, dan ini kakak kamu sekaligus saudara kembar kamu, namanya Reyhan.

Zyla masih bingung dengan semuanya, bahkan ia hanya menatap datar Reyhan dan juga kedua orang tuanya.

"Zy, kamu tenang aja ya, Bunda pasti akan bantu kamu buat mengingat semuanya," ucap Dewi seraya mengelus pucuk kepala Zyla.

"Kamu tenang ya sayang, Ayah pasti akan berusaha sekuat mungkin buat nyembuhin kamu," ucap Surya dengan senyum lebarnya.

"Ayah sama Bunda mau ngurus biaya administrasi kamu dulu, kata Dokter, kamu udah bisa pulang sekarang," ucap Dewi lembut.

"Rey, jagain adik kamu!" titah Surya yang diangguki oleh Reyhan.

Setelah kepergian Dewi dan Surya, Lia, Rita, Kevin dan juga Zidan memasuki ruangan Zyla.

"Zy, gue Reyhan Abang lo," ucap Reyhan seraya tersenyum manis.

"Dan mereka sahabat kita," sambung Reyhan seraya menunjuk sahabat mereka yang baru saja memasuki ruangan.

"Gue Rita Zy dan ini Lia, kita berdua itu sahabat baik lo, bahkan kita udah kek trio kembar, kemana-mana selalu bareng," ujar Rita menjelaskan.

"Sorry yah, gue nggak bisa inget kalian," sahut Zyla lirih.

"Nggak papa kali Zy, kita juga akan bantu lo buat inget semuanya kok," sahut Lia.

"Gue Kevin Zy, sahabat lo juga, lebih tepatnya sahabat lo yang paling ganteng," ucap Kevin seraya tersenyum lebar.

"Asal lo tahu Zy, Kevin itu orang yang sering ngata-ngatain lo, sering ngejekin elo dan juga orang yang paling rese," ujar Lia.

"Oh ya?" tanya Zyla yang tidak percaya.

"Tapikan gue cuma becanda kali Li," protes Kevin.

Tatapan Zyla beralih pada Zidan, cowok itu hanya menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Zyla bahkan ikut menatap Zidan karena bingung kenapa cowok itu hanya diam.

Mereka yang berada disana mengalihkan pandangannya menatap Zidan, saat mereka sadari Zyla sedari tadi menatap Zidan cukup lama.

"Oh iya gue lupa, yang ini namanya Zid-"

"El," ucap Zidan memotong ucapan Kevin.

"El?" tanya Zyla bingung.

"Iya Zy, lo inget?" tanya Reyhan.

"Nggak Bang, cuma heran aja kenapa dia dingin banget," sahut Zyla polos.

Mereka yang mendengar ucapan Zyla seketika saling tatap.

"Dia ini emang keturunan kulkas empat pintu Zy, jadi lo jangan heran," ucap Kevin yang mendapatkan tatapan tajam dari Zidan.

"Garing banget lo Vin," ejek Lia.

-------------------------

Pagi harinya Zyla bangun pagi karena akan berangkat ke sekolah, meskipun Dewi belum mengijinkan Zyla untuk ke sekolah, tapi gadis itu tetep memaksa agar diperbolehkan masuk sekolah lagi.

Ia menuruni anak tangga menuju ke ruang makan yang disana sudah ada kedua orang tuanya dan juga Reyhan.

Mereka bertiga seketika menatap Zyla tanpa berkedip sedikitpun, sedangkan yang ditatap hanya bingung.

"Ini beneran kamu Zy?" tanya Dewi seraya mendekati Zyla.

"Duh, cantik banget anak Bunda," puji Dewi saat melihat penampilan Zyla yang sekarang.

Tampilan Zyla memang benar-benar berubah, biasanya ia mengeluarkan seragamnya dan tidak memakai dasi, tapi kali ini Zyla memakai seragam itu dengan rapi, bahkan ia tidak menggulung lengan seragamnya.

Rambut yang selalu ia ikat asal, kini tergerai indah yang menambahkan kesan cantik pada dirinya.

"Anak Ayah memang hebat," ucap Surya.

"Tumben rapi amat Zy? Biasanya kan tampilan lo udah kek pelajar mau tawuran," tanya Reyhan dengan nada yang sedikit mengejek.

"Jangan gitu Rey!" tegur Dewi.

"Oh iya Rey lupa Bun, Zyzy kan lupa ingatan," sahut Reyhan.

Zyla meneliti penampilannya sendiri dari atas sampai bawah. Ia bingung apakah dulu dirinya seburuk yang Reyhan bicarakan.

"Udah Zy, kamu jangan dengerin Abang kamu, kita makan aja ya," ucap Dewi.

"Sini duduk deket Ayah Zy," titah Surya.

Zyla sepertinya masih merasa sedikit canggung karena ia tidak bisa mengingat apapun, bahkan tentang keluarnya sendiri.

"Zyzy sekolah dimana Bun?" tanya Zyla memulai pembicaraan.

"Kamu sekolahnya kan bareng sama Rey, jadi kamu tenang aja, kamu bisa berangkat bareng Rey," sahut Dewi menjelaskan.

"Tapi Bun-"

"Nggak ada tapi-tapian Rey, adik kamu ini nggak inget apa-apa, kalo Bunda biarin dia berangkat sendiri, yang ada dia bisa nyasar," omel Dewi.

"Kamu mau tanggung jawab kalo sampe Zyzy kenapa-kenapa lagi?" timpal Surya.

"Iya-iya Bun," sahut Reyhan malas.

"Rey udah selesai makannya, Ayo Zy!" Ajak Reyhan.

"Rey pamit Bun, Yah," pamit Reyhan seraya menyalami kedua orangtuanya.

"Zyzy juga pamit Bun, Yah," ucap Zyla yang juga ikut menyalami kedua orang tuanya.

Zyla berangkat ke sekolah bersama dengan Reyhan menggunakan mobil cowok itu, selama perjalanan Zyla hanya diam seraya menatap jalanan yang mereka lalui, sesekali Reyhan melirik Zyla yang masih fokus menatap keluar kaca mobil.

ZIZY (Zidan&Zyla)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang