Part 38

28K 2.6K 15
                                    

"Pasti lo kan yang fitnah gue didepan Rey?" bentak Cika seraya mendorong Zyla, namun Zidan berhasil menangkapnya, sehingga Zyla tidak terjatuh.

"Enak aja, udah ketahuan busuknya juga masih tetep nyalahin orang lain," ucap Zyla seraya tersenyum miring.

"Nggak usah deket-deket Zidan lo!" ucap Kinan seraya melepaskan tangan Zidan yang tengah merangkul Zyla.

"Santai dong! Dia juga nggak mau sama lo kali," sahut Zyla santai.

"Lo itu emang pantes buat disingkirin! Dasar pengganggu, Zidan itu punya gue! Lo kan udah putus sama Zidan, Lo nggak pantes sama sekali sama dia, Dasar cewek murahan!" ucap Kinan seraya mendorong Zyla dengan keras.

Zyla yang belum siap dengan serangan dari Kinan pun menjadi terhuyung kebelakang dan terjatuh pada aspal di jalanan tersebut.

"Lo apa-apan sih?" bentak Zidan kepada Kinan.

Tanpa mereka sadari dari arah depan Zyla ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Zyla yang merasa tangannya sedikit lecet berusaha untuk berdiri, namun sebelum itu teriakan Rita lebih dulu mengagetkannya.

Gadis itu menatap ke depan setelah mendengar teriakan dari Rita. Ia menyadari mobil itu semakin dekat dengannya. Ia berniat akan menghindar, namun takdir berkata lain.

"Zyzy awas!" teriak Rita saat menyadari kejadian tersebut.

Tin tin!

"Aaaaaaaa!"

Brakkk!!

Kejadian itu terjadi begitu cepat, bahkan  Zyla belum sempat menghindar, sedangkan Zidan ingin membantu Zyla, namun Zyla lebih dulu tertabrak oleh mobil tersebut.

Darah segar mengalir di tempat kejadian, Zidan dan Reyhan yang sudah panik, segera menghampiri Zyla yang sudah tidak berdaya dengan darah yang mengalir dari kepalanya juga bagian tubuh yang lain.

"Zy, bangun Zy!" ucap Zidan khawatir.

Rita dan Lia sudah menangis melihat kondisi Zyzy yang begitu mengenaskan, sedangkan Kevin segera mengambil mobil Zidan di parkiran dan berniat mengantar Zyla menuju Rumah Sakit.

"Gue ambil mobil, kita harus segera bawa Zyzy ke Rumah Sakit," ucap Kevin.

"Asal kalian tahu! Cewek yang sedari tadi kalian hina itu, Zyzy Adeline Kencana Putri Arthawira, putri dari keluarga Arthawira! Adik kandung gue sekaligus saudara kembar gue!" teriak Reyhan dengan suara lantang.

Semua yang berada disana terkejut bukan main kala mendengar penuturan dari Reyhan, bahkan Cika dan Kinan sudah sangat khawatir akan nasib mereka selanjutnya.

"Dan buat kalian! Kalo sampe Zyzy kenapa-kenapa, gue nggak akan pernah maafin kalian dan gue akan tuntut kalian!" ancam Reyhan kepada Cika dan Kinan.

"Jadi, Zyzy itu adik Reyhan?" gumam Cika.

Zidan, cowok itu juga sama terkejutnya, namun ia lebih khawatir akan kondisi Zyla sekarang.

"Masukin ke mobil Zid!" titah Reyhan kepada Zidan.

Cowok itu segera membawa Zyla menuju mobilnya, bahkan warna seragam Zidan sekarang sudah berubah warna menjadi merah darah.

------------------------

"Dimana Zyzy Rey?" tanya Dewi yang baru saja datang bersama dengan Surya.

"Zyzy sedang ditangani dokter Bun," jawab Reyhan apa adanya.

"Kenapa ini semua bisa terjadi Rey?" tanya Surya.

"Harusnya kamu bisa jagain adik kamu dengan baik Rey," ucap Dewi.

"Ini semua salah Rey Bun, Yah. Rey nggak bisa jadi Abang yang baik buat Zyzy, Rey nggak bisa jagain Zyzy dengan baik," ucap Reyhan menyalahkan dirinya sendiri.

"Sudah Bun, jangan ribut! Ini rumah sakit, Zyzy juga sedang ditangani dokter. Kita berdoa saja yang terbaik untuk Zyzy," ucap Surya berusaha menenangkan istrinya.

"Tapi Zyzy gimana Yah?" tanya Dewi yang sudah menetwskan air matanya.

"Dia akan baik-baik saja Bun, Zyzy itu kuat, anak kita nggak selemah itu," sahut Surya.

"Gue nggak nyangka kalo Zyzy itu adeknya Rey," gumam Kevin.

"Gue juga nggak tahu," sahut Zidan yang berada disamping Kevin.

Setelah menunggu lama akhirnya dokter keluar dari ruang IGD bersama dengan perawat.

"Bagaimana keadaan anak saya Dok?" tanya Dewi.

"Anak Ibu mengalami pendarahan yang cukup hebat, apalagi dibagikan kepalanya, untung saja kami berhasil menghentikan pendarahan itu, dan kami juga sudah membersihkan semua lukanya,"

"Untuk sementara ini Zyla masih belum sadar, atau bisa dibilang anak Ibu mengalami koma," ucap sang Dokter menjelaskan.

"Apa saya bisa melihat anak saya Dok?"

"Boleh, tapi yang bisa masuk hanya satu orang, jadi kalian bisa bergantian jika ingin melihat keadaan Zyla, karena kondisinya memang belum stabil dan saya harap kalian tidak berisik, agar tidak mengganggu kondisi pasien," ucap Dokter itu.

"Kalo gitu kami permisi, mari Pak, Bu," pamit Dokter itu sebelum meninggal mereka.

-------------------------

"Lo nggak pulang Zid?" tanya Reyhan menatap Zidan yang nampak sangat kacau.

"Gue masih mau disini," sahut Zidan.

"Loh Zidan?" tanya Dewi saat baru menyadari kehadiran Zidan, ia dari tadi memang tidak terlalu memperhatikan sekitar, karena terlalu khawatir dengan kondisi Zyla.

"Makasih ya, kamu sudah nganterin anak Tante,"ucap Dewi seraya tersenyum tulus.

"Jadi, Zyzy beneran anak Tante?" tanya Zidan yang masih belum percaya.

"Iya, Zyzy itu anak Tante, adik kandung Rey, sekaligus kembaran Rey," sahut Dewi apa adanya.

Mereka memang sudah saling kenal, karena Dewi memang sering berkunjung kerumahnya untuk urusan bisnis, maupun berkunjung biasa. Bahkan Dewi berteman baik dengan Meli, Ibu kandung Zidan, itu sebabnya Reyhan dan Zidan juga berteman baik.

Namun anehnya ia sama sekali tidak tahu julukan Zyla ternyata anak dari mereka.

"Kamu nggak mau masuk? Itu Om Surya sudah selesai loh," ucap Dewi saat melihat suaminya baru saja keluar dari ruangan tempat Zyla dirawat.

"Kalo gitu Zidan kesana dulu Tan,"

Zidan memasuki ruangan bercat putih itu. Disana terlihat seorang gadis yang tengah terbaring lemah dengan perban yang terpasang di bagian kepala, juga bagian tubuhnya yang lain.

Ia sangat prihatin melihat kondisi Zyla yang sekarang, bahkan tanpa disadari, air matanya sudah menetes. Ia mendekat ke brankar yang Zyla tempati dan memegang tangan Zyla dengan lembut.

"Maafin gue Zy, gue belum bisa jagain lo dengan baik,"

"Gue mohon, lo bertahan Zy,"

"Gue sayang sama lo,"

"Jangan pernah tinggalin gue,"

Zidan mengeluarkan cincin yang waktu itu dikembalikan oleh Zyla. Ia memasangkan cincin itu di jari manis Zyla, kemudian ia mengecup pelan tangan Zyla yang sudah terpasang selang infus.

"Lo kuat Zy, Lo pasti bisa bertahan,"

ZIZY (Zidan&Zyla)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang