Prolog

3K 223 21
                                    

--------------------------------------------




Ia tidak suka hitam, warna itu terlalu gelap untuk menjadi teman dalam harinya yang kesepian. Ia mengutuk warna-warna suram, warna itu seolah mengejeknya, mereka seolah tertawa, ingin bergabung dalam cerita hidup lalu merubah dunianya menjadi hitam pekat.

Yuri tidak akan pernah membiarkan itu terjadi. Ia ingin menyimpan warna-warna cerah dalam cerita hidupnya. Ia ingin mewarnai setiap kepingan hidupnya dengan warna yang indah seperti lingkaran pelangi setelah hujan reda.

Tapi, sepertinya ia gagal. Ia gagal, telah membiarkan warna pekat itu mewarnai salah satu cerita hidupnya. Hari ini kakinya terasa dingin menyentuh lantai kayu. Warna yang ia benci kini menjadi warna pakaian yang membalut tubuhnya yang ringkih.

Gaun serba hitam, bersama isak tangis yang tertahan mungkin adalah salah satu bentuk Yuri menyambut datangnya warna hitam ini. Ya, karena gaun hitam yang dikenakannya sekarang adalah pakaian untuk upacara kematian.

Warna hitam ini sungguh menjadi simbol dukanya.

Sepanjang sebelas tahun ia merasakan kesepian. Di asingkan oleh keluargaanya sendiri untuk beberapa alasan yang menurutnya konyol. Lalu saat ia pulang, ia datang hanya untuk melihat jasad seluruh keluarganya.

Kecelakaan di musim dingin, saat badai salju berlangsung, membuat seluruh anggota keluarganya pergi. Mayat mereka terasa membeku, dengan pipi yang pucat dan kaku.

"Yoora......." lirihnya lagi. Menatap Yoora yang berada di peti mati yang dihiasi karangan bunga putih.

Yoora adalah salah satu belahan jiwanya. Yoora lahir lima menit setelah ia keluar dari rahim ibu mereka. Wajah mereka yang sama persis, dengan tahi lalat di bawah mata yang terlihat serasi dengan mata mereka yang indah.

Sepuluh tahun mereka tumbuh di bawah atap yang sama. Setelah usia mereka menginjak tahun ke-10, barulah mereka dipisahkan dengan Yuri yang diasingkan. Sampai akhirnya sebelas tahun berlalu mereka hidup terpisah. Yuri akhirnya bertemu dengan saudara kembarnya yang kini sudah menjadi mayat kaku bersama jasad kedua orang tuanya.

"Kalian tega meninggalkanku sendiri? Ayah, Ibu, Yoora..... ini mimpikan. Katakan padaku bahwa sekarang pakaian hitam ini bukanlah untuk menghadiri upacara kematian!" Yuri menjerit di depan tiga peti mati kayu.

Di sana peti mati Yoora berada di tengah-tengah antara ayah dan ibunya, tidak ada luka yang menghiasi jasadnya pucat. Dokter mengatakan bahwa kepala Yoora terbentur cukup kuat, ia mengalami pendarahan hebat di dalam otak. Hanya itu, otak Yoora hancur karena benturan kecelakaan. Sementara ayahnya, tulang rusuknya  patah di bagian kanan, dan ibunya terpental keluar dan membentur beton pinggiran jembatan.

Fatal sekali bukan? seolah-olah kecelakaan itu telah direncanakan untuk membunuh mereka bertiga.

"Bibi Bae....." Yuri memanggil bibi Bae yang senantiasa berada di belakangnya. Tidak ada orang di dalam rumah duka ini, hanya Yuri. Yuri meminta pada pengurus upacara untuk mengadakan pemakaman yang tertutup.

"Ya Nonna"

"Bagaimana kondisi suami Yoora?" Sebenarnya, dalam kecelakaan itu, suami Yoora, Lee Taehyung berada bersama mereka. Lee Taehyung menyetir usai pelantikan atas CEO muda perusahaan, Ayahnya Shin Hyusuk juga menyerahkan tanggung jawab perusahaan pada Taehyung menantunya. Tapi saat perjalanan pulang, mereka mengalami kecelakaan yang fatal.

"Tuan Taehyung, sekarang berada di rumah sakit. Kondisinya tidak cukup kritis Nona. Salah satu jari kirinya patah dan sudah di operasi sepuluh menit setelah ambulan membawanya ke rumah sakit." Jawab bibi Bae, bibi Bae adalah kepala pelayan. Beliau sudah berkerja selama hampir tiga puluh tahun di rumahnya. Bibi Bae melihat Yoora tumbuh, dan menikah. Bahkan di acara pernikahan saudara kembarnya sendiri, Yuri tidak datang. Ayah Hyusuk melarangnya.

Red Lipstick [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang