Chapter 13

1.2K 176 49
                                    






"Dan kau menangis karena memperdulikannya," kata Jimin kemudian.

Setelah Jimin mengatakan hal itu Yuri tidak kunjung memberi tanggapan, ia malah membuang muka menatap pagar-pagar pembatas kapal. Ia tidak tahu perasaan apa yang sedang ia rasakan sekarang. Rasanya, ia tidak ingin Taehyung mati saat ini, paling tidak pria itu harus merasakan pembalasan dendamnya dulu, Taehyung harus merasakan kemarahan Yuri dahulu barulah ia rela jika Taehyung pergi. Yuri berkata demikian dalam hatinya, lalu kembali menatap Jimin selama dua detik barulah ia mengudarakan kalimat.

"Aku tidak memperdulikannya. Hanya saja belum waktunya dia mati sekarang, dendamku belum terlampiaskan," Yuri menjawab mantap lalu membuang handuk yang membalut bahunya.

Tepat ketika itu pula, beberapa petugas kapal naik. Seolah menjawab keinginan Yuri, Yuri menoleh begitupula dengan Jimin. Di sana tubuh Taehyung sedang ditarik ke atas kapal, lalu para petugas itu sudah menyiapkan tandu. Kaki Yuri semakin gemetar dengan gigi bergemelatuk karena dingin, ia buru-buru menghampiri Taehyung yang tergeletak di atas tandu di tengah geladak kapal.

Yuri menembus kerumunan orang, mendorong-dorongnya dengan tergesah. Sampai langkahnya membawa pada tubuh Taehyung yang tidak sadarkan diri. Salah satu petugas medis sedang melakukan pertolongan pertama, tanpa alat yang lengkap. Yuri meneliti tubuh Taehyung, tubuh pria itu pucat, jari kaki begitupula dengan jari tangannya mengerut seperti kain kusut, bibirnya hampir-hampir membiru. Taehyung telihat menjelma menjadi setengah mayat, Yuri gemetar bukan main. Saat melihat tubuh Taehyung yang menakutkan seperti ini, sekelebat bayangan mayat-mayat keluarganya menyambangi isi kepala. Ia langsung teringat mayat Yoora yang pucat seperti Taehyung. Demi apa pun ia takut sekali.

"Napas buatan!" Yuri berteriak memberi tahu petugas medis yang telihat gugup itu.

"Ambila, kan alatnya cepat!"

Yuri merasa jengah, entah mengapa petugas medis ini menurutnya sangat lamban. Mereka langsung berlari setelah mendapat perintah, bukannya sedari tadi bergegas. Akhirnya Yuri mendorong tubuh perempuan ringkih itu, lalu memompa dada Taehyung.

Yuri menundukan wajahnya, tak sempat lagi berpikir, isi kepalanya hanyalah Taehyung harus sadar. Bibirnya bertemu dengan bilah bibir milik Taehyung. Yuri memberi napas melalui mulutnya, lalu menekan dada pria itu dengan perasaan berdebar.

"Ayolah Tuan Lee...."

Kau sanggup bertahan dari kecelakaan yang kau rencanakan untuk membunuh keluargaku waktu itu, kau juga harus selamat dari ini. Bertahanlah, agar aku bisa menyakitimu.

Yuri terus melakukan gerakan memompa pada dada Taehyung, rambut panjangnya yang basah terjuntai menyentuh pipi sang pria. Ini berlangsung selama lima menit, bahkan Yuri tidak lagi memperhatikan sekitarnya. Fokusnya berpusat pada Lee Taehyung.

Sampai akhirnya ia merasa tergejolak, saat memberi napas buatan untuk Taehyung, ia merasa rongga mulutnya terisi air. Yuri langsung bangkit, mata Yuri berbinar melihat Taehyung yang tengah terbatuk dengan keras sembari memuntahkan air laut. Yuri mendongak ke atas langit, ia sampai tidak sadar jika langit ternyata sudah gelap. Yuri mengambil napas sedalam mungkin perasaannya yang semua kacau kini kembali tenang.

Setelah Taehyung mengeluarkan semua airnya. Petugas medis datang, lalu memapah Taehyung ke ruang medis kapal.

Yuri membantu memapah Taehyung di sebelah kiri, pria itu telihat lemas setelah tadi terbatuk-batuk hebat. Yuri membantu Taehyung mendudukan pria itu di atas kasur berukuran kecil, Yuri bisa melihat sekitar ruangan ini dipenuhi oleh alat-alat medis, memang tidak lengkap, tapi ini cukup.

"Bagaimana keadaanmu?" Yuri bertanya setelah mengambil tangan kiri Taehyung, petugas medis tengah memeriksa keadaan Taehyung, dan memberi pakaian kering untuk pria itu.

Red Lipstick [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang